Saturday, 3 March 2007

Mengalahkan Kemarahan Satu Langkah Kemenangan

Rabu, 28-02-2007 16:27:29 oleh: Retty N. Hakim Kanal: Gaya Hidup
Harian Warta Kota hari ini tampil dengan berita utama "Maia Ahmad Mengamuk". Rupanya kekisruhan rumah tangga Dhani dan Maia yang terus di umbar kepada pers semakin rumit. Pesan Kak Seto (ketua Komnas Perlindungan Anak) agar keduanya ingat untuk tidak bertengkar di depan anak-anak mereka mungkin perlu ditekankan lagi agar tidak mengikut sertakan anak-anak mereka dalam pertengkaran mereka. Lihat saja kasus Tamara Blezynski, di mana anak bisa dibilang menjadi korban adu ego kedua orang tuanya.
Bulan Juli 2006 hampir seluruh dunia memuat berita utama tentang kemarahan Zinedine Zidane, pemain bola dari Perancis, yang menanduk Materazzi, pemain lawannya dari Italia. Hampir seluruh dunia kaget melihat reaksi Zinedine Zidane yang biasanya terkenal santun. Tidak sedikit yang mengecamnya karena acara dunia ini ditonton oleh anak-anak pencinta sepak bola. Melihat sang idola melakukan kekerasan tentu saja bisa mempengaruhi pandangan anak-anak terhadap perilaku kekerasan terhadap orang lain. Sementara akibat langsung bagi Zizou sendiri adalah harus meninggalkan sisa waktu pertandingan pada saat ia berniat mengakhiri kariernya dengan kenangan manis. Seorang kolumnis The Sunday Times (Singapore) menyayangkan bahwa Zizou tidak menggunakan kemarahannya untuk memimpin timnya memenangkan Piala Dunia. Kemampuan untuk mengalahkan kemarahan dan mengontrolnya dapat menjadi sumber energi, kemampuan, dan motivasi yang sangat besar.
Demikian pula dengan Maia, sayang sekali bila ia membiarkan kemarahan menutupi akal sehatnya. Kejadian ini bisa menjadi senjata Dhani untuk menjelekkan karakter Maia, sehingga pada akhirnya Maia bisa kehilangan hak asuh anaknya, atau setidak-tidaknya bisa memberi kesan jelek kepada anak-anaknya. Saya tidak ingin berkomentar mengenai permasalahan rumah tangga Maia dan Dhani, fokus artikel ini lebih kepada bagaimana mengalahkan kemarahan. Dengan mengalahkan amarah itu, maka satu langkah kemenangan telah ada di tangan.
Penghinaan Materazzi, ataupun senyum Dhani dan anaknya yang bisa diterjemahkan sebagai ejekan oleh Maia, mungkin saja menimbulkan kemarahan yang tak tertahankan. Mengumbar kemarahan itu dengan kekerasan tidak akan menimbulkan hal yang baik. Dengan menelan kemarahan itu bukan menjadikan mereka pihak yang kalah. Mungkin terlihat kalah sesaat, tapi bila kemarahan ini menjadi pemicu prestasi maka akan terlihat siapa pemenang yang sesungguhnya.
Kuncinya? Tenang, jangan biarkan emosi menguasai dirimu, tapi jadilah tuan terhadap emosimu! Sudah berusaha tenang dan tidak emosi tapi secara manusiawi masih tidak mampu melawan kemarahan? Mohon bantuan pada Yang lebih Kuasa...doa! Tidak perlu dalam posisi doa formal, cukup dalam hati memohon bantuan Allah untuk menguasai emosi kita. Semoga kita bisa lebih bijak menghadapi kemarahan di tengah-tengah kesulitan hidup yang semakin membebani!

No comments: