Kamis, 15-03-2007 08:15:59 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini
Pada harian Warta Kota Rabu, 14 Maret 2007, seorang psikiater berkomentar bahwa kasus bunuh diri ibu Mercy di Malang (lihat juga artikel kriminal “Ibu, Anak Adalah Titipan Allah”) berdasarkan analisa adalah karena faktor tekanan ekonomi. Karena tidak terbiasa dengan tekanan berat maka depresi berat dengan gejala psikotik cukup besar membuat tindakan membunuh orang yang disayanginya lalu membunuh diri sendiri dianggap menjadi satu-satunya jalan keluar. (Baca juga artikel gaya hidup dari Illian Deta Arta Sari “Mendadak Kaya vs Mendadak Miskin“)
Fenomena psikologi membunuh dengan kasih sayang ini menurut Ketua Umum PB NU Dr. KH Hasyim Muzadi bisa terjadi karena adanya nuansa putus asa. Menurut beliau rasa putus asa yang berasal dari stress sosial berat ini bisa diwaspadai dengan upaya komprehensif baik berupa pertolongan moral, maupun pertolongan ekonomi. Beliau mengingatkan bahwa tugas memberikan pertolongan moral menjadi tugas ulama dan tokoh-tokoh agama, sementara pertolongan ekonomi menjadi tugas pemerintah. Beliau memandang masalah ini dalam lingkup pandang nasional.
Saya sebagai seorang ibu rumah tangga ingin memandang masalah ini dari sudut pandang yang mikro saja. Sebagai sesama manusia kita bisa melaksanakan kedua jenis pertolongan tersebut (sesuai dengan kemampuan pribadi kita).
Pertolongan moral bisa jadi hanya merupakan menyediakan diri sebagai tempat berkeluh kesah. Menjadi pendengar yang baik dan memberi penguatan moral sudah suatu hal yang berguna, bisa menjadi pemberi jalan keluar akan lebih baik lagi.
Pertolongan ekonomi juga tidak selalu berupa ikan, memberikan jala dan pancing juga bisa menjadi wujud pertolongan yang konstruktif. Jadi walaupun kita juga tidak merasa memiliki uang, bukan berarti kita tidak bisa membantu secara ekonomi. Mungkin dalam jaringan pertemanan kita memiliki teman-teman yang bisa membantu, entah dengan memberi pekerjaan atau dengan menjadi orang tua asuh.
Dengan perduli kepada sesama kita bisa menjadi lilin-lilin kecil dalam kehidupan dunia ini. Saya rasa untuk skala kecil anda dan saya pasti masih mampu berkarya, tapi untuk skala besar (seperti korban lumpur Lapindo yang juga disinggung oleh Cak Hasyim) memang merupakan suatu kerja nasional.
Sebagai ibu tumah tangga, saya merasa orang-orang yang sedang menanggung penderitaan ini sungguh-sungguh ditempatkan di dalam kondisi stress yang amat berat. Kehilangan rumah, harta, bahkan mungkin juga pekerjaan secara bersamaan tentu bisa membuat siapapun depresi berat. Anak-anak yang tidak bersekolah, dan yang harus menyesuaikan diri dengan kondisi pengungsiannya tentunya membuat seorang ibu bertambah depresi. Dan depresi ini masih terus berlanjut selama tindakan nyata yang ditunggu tidak datang.
Masihkah pemerintah menanti korban dulu baru bertindak?
Kamis, 15-03-2007 09:50:20 oleh: Berthold Sinaulan
Pokoknya, JANGAN PERNAH BERHENTI BERHARAP UNTUK SESUATU YANG LEBIH BAIK.
--------------------------------------------------------------------------------
Kamis, 15-03-2007 11:57:04 oleh: illian deta arta sari
Rasanya saya miris ngliat dimana-mana orang-orang buanyak yang nggak peka sosial sama lingkungan sekitar. Contoh kongkret, begitu banyak orang-orang yang kaya, menghambur hamburkan uang untuk kesenangan diri, tapi pelitnya minta ampun untuk memberi fakir miskin atau orang yang membutuhkan.
Saya juga melihat banyak sekali orang yang beragama tapi lebih mementingkan simbol. Senang bisa berziarah ke luar negri atau berhaji berkali-kali tiap tahun, tapi tetangga kanan kiri masih saja ada yang kelaparan. Ironis banget ya..
Belum lagi, banyak orang yang bertetangga tidak saling kenal. Kasus-kasus buruk misalnya ada orang meninggal tidak ketahuan berhari-hari. Atau penganiayaan pembantu Sumiarsih selama 3 tahun di Surabaya tidak diketahui tetangga kanan kiri sampai akhirnya korban meninggal tragis seluruh badan remuk, kulit ngelupas, dan ditenggorokannya ditemukan 3 buah rambutan utuh dan kotoran. Selama 3 tahun itu, kemana tetangga kanan kiri, RT/ RW atau satpam? Kok bisa pada nggak tau? masyarakat kita memang banyak yang sudah sakit jiwa.. :)
--------------------------------------------------------------------------------
Kamis, 15-03-2007 13:42:08 oleh: bajoe
yang aku sukai dari tulisan-tulisan Retty adalah selalu menyodorkan solusi-solusi praktis apa yang bisa dilakukan individu. Ulasannya mulai hal yang global tapi solusinya praktis. Ini mungkin yang dinamakan think globally act locally ya?
satu hal yang aku dapat dari tulisan ini, ternyata mendengarkan keluh kesah orang lain itu pun sebuah hal positif dan berarti. thanks Retty.
--------------------------------------------------------------------------------
Jumat, 16-03-2007 00:08:22 oleh: Retty
"A big leap comes from a small step", jadi daripada frustrasi nggak sanggup merubah dunia kenapa tidak mulai dari yang bisa kita kerjakan dulu?
Wikimu.com ini juga jadi penyaluran suara saya, mudah-mudahan yang sudah bisa bertindak "global" mau berempati! Disamping itu juga sarana pembelajaran, banyak hal terkadang berlalu begitu saja...
No comments:
Post a Comment