Monday, 26 March 2007

Mengenal Sejarah Kota Melalui Kartu Pos



Senin, 19-03-2007 09:48:49 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Gaya Hidup

Kita bisa mengenali sejarah perkembangan kota dari berbagai sumber data, salah satu yang juga berguna sebagai referensi adalah kartu pos. Kartu pos bisa bercerita tentang berbagai macam perubahan yang terjadi, bisa juga bercerita tentang eksistensi sebuah bangunan.

Contohnya kartu pos dengan gambar candi Borobudur, sebuah bukti perjalanan sebuah candi mengarungi dimensi waktu. Saya memiliki sebuah kartu pos bergambar candi Borobudur dengan cap pos 1902, dan sekarang pada tahun 2007 kita tetap saja bisa menemukan versi terbaru dari foto candi Borobudur dalam bentuk kartu pos.

Sayangnya tidak semua kartu pos yang masih bagus tampilannya memiliki cap pos, banyak juga yang dalam kondisi mint (tidak terpakai). Kartu pos seperti ini bagi saya kurang mampu bercerita banyak. Tapi setidaknya dia membantu saya untuk menengok wajah kota di masa lalu. Saya sendiri masih merasa diri saya sekedar pengumpul (post card collector) belum sampai ke taraf ahli (deltiologist). Koleksi saya pun sebenarnya masih sangat sedikit untuk disebut kolektor, tapi kan malu juga kalau disebut pemulung! Sebutan kolektor rasanya lebih bermartabat.



Gambar kartu pos dalam artikel ini adalah gambar kota Makassar di masa lampau. Sayangnya tahunnya tidak ada. Untuk mengetahuinya saya perlu mencari tahu penerbitan kartu pos itu sendiri, tapi sebagai pemulung (wah mengaku juga!) saya belum sampai pada taraf ini. Kartu pos pertama bercerita tentang Makassar sebagai kota pelabuhan, yang sudah dipakai bersandar oleh kapal besar. Sebenarnya saya ingin juga mencari kartu pos dimana pelabuhan yang sama masih dipakai bersandar oleh perahu-perahu sandeq atau phinisi. Kartu pos berikutnya menggambarkan suasana jalan di Makassar dengan beberapa orang yang bersantai disana. Terlihat orang-orang dengan busana dan songkok yang khas, penjual makanan, serta latar belakang bangunan dengan pilar-pilar khas Eropa lengkap beserta lampu jalannya yang antik. Tampaknya bangunan-bangunan ini kemungkinan terbesarnya sudah punah, sehingga kita hanya bisa mempelajarinya melalui gambar sebuah kartu pos.



Akan seperti itukah nasib Megaria dan gedung-gedung bersejarah lainnya? Menjadi kenangan manis di dalam sebuah kartu pos? Entah ada atau tidak kartu pos bergambar Megaria! Kalau melihat foto yang ditayangkan oleh Bajoe, sebenarnya saat inipun Megaria sudah patut dikasihani. Hampir seluruh tampak mukanya tertutup oleh poster film, sehingga hanya menyisakan sedikit bagian atas dan tiang untuk diapresiasi masyarakat. Kalau di negara tetangga kita Singapura asset bangunan bersejarah ini sangat diperhatikan sebagai penarik wisatawan asing, sayangnya di Indonesia tidak terlihat keseriusan dalam menjaga benda cagar budaya kita. Berapa banyak bangunan bersejarah di Jakarta, Medan, Semarang, atau kota-kota lainnya yang hilang terlindas pembangunan? Sudah waktunya kita menyadari betapa bernilainya asset yang kita miliki!

No comments: