Kemarin saya ke Jakarta naik bis feeder (waduh bagaimana mau berbahasa Indonesia yang baik...kita diajarkan feeder atau shuttle bus) dan dilanjutkan dengan busway (sigh!). Yang menarik perhatian saya ketika naik busway ada seorang ibu yang kemungkinan anaknya Down Syndrom, anak itu sedang menangis menggerung-gerung...semua orang memperhatikan dengan berbagai macam ekspresi. Ada ekspresi menyalahkan (aduh diemin dong tuh anak!), ada ekspresi takut (jauh-jauh dikit dari saya deh...), ada ekspresi kasihan (wah kasihan amat anak ini). Anak itu belum bisa bicara, walaupun dari fisiknya terlihat setidaknya sudah berumur lima tahun. Dia tidak autis karena dia bisa berkomunikasi dengan ibunya dengan mata dan suara ah uh...ah uh. Kemudian kondektur datang menyarankan agar anak itu disuruh melihat keluar supaya bisa diam alasannya kasihan anak ibu ketakutan (padahal mungkin juga kondektur tidak enak pada penumpang lain yang jadi stress mendengar tangisan anak itu). Setelah diberi makanan dan disuruh menghadap ke jalan (berdiri) anak itu memang jauh lebih tenang. Hebatnya sang ibu begitu tenang, tidak ada gejala malu ataupun menekan anaknya. Ada dia agak keras sedikit ketika sang anak menolak dibujuk, tapi masih normal.
Saya membayangkan diri saya sendiri dengan anak-anak yang normal, kalau mereka ribut di bus...wah malunya seperti apa, dan pasti sudah marah-marah pada anak-anak. Ketenangan ibu ini mengingatkan aku pada kisah Mercy yang bunuh diri dengan membawa anak-anaknya juga (4 anak sekaligus). Ibu yang sederhana ini (terlihat dari pakaian, sepatu dan tasnya) begitu tabah membesarkan anaknya yang bermasalah. Sementara Mercy karena putus asa dengan kondisi keuangan (uang sekolah anak dan uang cuci darah) bukan mencoba mencari pertolongan dari lingkungan, atau mencoba memindahkan sekolah anaknya (mana yang lebih bagus sekolah negeri atau tidak sekolah?) malah mengambil jalan pintas!
Kalau saya bandingkan dengan kondisi keponakan saya Jane yang autistik, dimana dia memperoleh kemudahan-kemudahan untuk bersekolah (khusus) dan mobil untuk transportasi, maka tentunya kondisi anak Down Syndrom tadi menyedihkan. Anak itu lebih komunikatif, tapi dia memiliki cacat khas anak Down Syndrom. Kalau dipikir-pikir masih amat banyak masalah-masalah yang sangat berat di sekitar kita. Seringkali Allah memberi kita jalan dan kemudahan dalam masalah yang berbeda. Dalam hal Jane, orang tuanya diberi kemurahan rezeki. Dalam hal anak di bus tadi, ibunya diberi ketabahan dan kebesaran hati yang amat besar. Semoga Allah terus menguatkan semua orang dalam berbagai macam pergumulan dan cobaan yang mereka terima. Toh Allah menjanjikan bahwa beban yang kita pikul tidak akan melebihi kemampuan kita memikulnya, dan kalaupun itu berat sekali Dia senantiasa ada untuk membantu kita memikulnya.
No comments:
Post a Comment