Sunday, 1 June 2008

Mahasiswa Perlu Lebih Kreatif!

Rabu, 28-05-2008 15:49:04 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini



Kenaikan harga BBM memang sangat menyesakkan dada, karena sebagai negara penghasil minyak bumi kita ternyata tidak sanggup mensubsudi kenaikan harga minyak global untuk konsumsi dalam negeri.

Sebagai ibu rumah tangga segera terbayang kenaikan biaya yang berturut-turut akan menyertai kenaikan harga BBM ini. Bingung dan pusing tentu saja ada, sama seperti kebingungan yang dirasakan berbagai sektor industri yang lebih besar lingkupnya dari sebuah rumah tangga.

Mahasiswa yang membela rakyat memang sangat dibutuhkan oleh rakyat, demikian juga mahasiswa yang membela kepentingan rakyat memang merupakan bagian dari perjuangan para kaum muda yang idealis. Tapi sepertinya mahasiswa perlu lebih kreatif lagi dalam menyuarakan suara rakyat!

Demonstrasi yang mengarah ke arah tindakan anarkis perlu dikaji kembali. Hari ini ( Rabu, 28 Mei 2008) harian Warta Kota menurunkan berita utama "Mahasiswa Keroyok Polisi" dengan gambar mobil yang kaca depannya tercoret tulisan cat "Batalkan kenaikan BBM". Semula saya kira ini berita dari mahasiswa UNAS, ketika membaca isi berita saya sedikit terkejut karena ternyata seorang polisi ini menjadi korban hanya karena melintas di depan mahasiswa pengunjuk rasa di kampus Universitas Mustopo Beragama. Dan mobil itu juga bukan mobil bapak polisi tersebut yang menggunakan helm, tetapi sekedar mobil dengan plat merah.

Dengan kemajuan teknologi informasi sebenarnya kemarahan mahasiswa bisa dituangkan dalam berbagai komunitas blog maupun portal partisipatori warga. Menurut saya cara ini lebih kreatif daripada mengadakan demonstrasi yang tidak tertib dan mengarah ke arah kekerasan. Dalam kondisi seperti ini selalu rakyat kecil yang menjadi korban. Entah pedagang yang hancur barang dagangannya atau orang-orang yang tidak memperoleh kendaraan umum untuk kembali ke rumahnya (lihat juga detik.com). Belum lagi ketakutan masyarakat umum untuk keluar rumah dan melintasi jalan-jalan yang "berbahaya". Peringatan untuk tidak berjalan ke arah kampus UKI kemarin juga terus berdatangan. Demonstrasi seperti ini bisa jadi rawan penyusupan pengacau. Mahasiswa sekarang seharusnya sudah jauh lebih berkembang daripada mahasiswa zaman dahulu!

Bila akhirnya memang perlu mempertunjukkan "people's power" tentunya ada cara untuk menggalang kekuatan dibandingkan berjuang dalam lingkup kecil kampus masing-masing. Dan tentunya sebelumnya perlu strategi agar tidak ada kepentingan lain yang ikut serta menunggangi.

Beberapa minggu sebelumnya saya sudah sedikit miris melihat mahasiswa dan mahasiswi berada di lampu merah meminta sumbangan untuk korban bencana alam. Ada beberapa kali lagi saya melihat hal yang sama. Meminta sumbangan di lampu merah seperti ini rasanya tidak ubahnya latihan untuk menjadi pengemis.

Ketika saya mahasiswa dulu, untuk mencari dana kami biasanya membuat sebuah acara. Ada bermacam acara yang bisa dilakukan, mulai dari malam amal, bazaar, sampai ke acara jualan makanan atau kartu ucapan baik di kampus maupun ke rumah-rumah teman dan alumni. Sponsor tentu saja tetap menjadi penyumbang terbesar, bisa dengan bentuk pemasangan iklan maupun sumbangan lainnya.

Dalam perkembangan teknologi informasi seperti saat ini ada banyak cara lebih kreatif dalam mengumpulkan dana. Pengumpulan dana model "bloggers for Bangsari" ( baca di http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=4546, dan http://bloggersforbangsari.blogspot.com/2008/01/rute-rute-ke-bangsari.html) barangkali merupakan cara baru yang bakal lebih efektif dan juga bisa dipertanggungjawabkan keuangannya.

Mahasiswa abad 21 perlu lebih kreatif lagi dalam menyampaikan suara rakyat dan dalam memberikan bantuannya kepada rakyat. Bagaimanapun mahasiswa adalah indikator sebuah bangsa, sebagai calon intelektual di masa mendatang, mereka perlu menunjukkan tingkat intelektualitas dalam memperjuangkan nasib rakyat. Atau pendidikan kita memang sudah hancur?!

No comments: