Wednesday 9 July 2008

Esai Foto: Sepanjang Jalan Kenangan

Ketika membuka-buka album lama, terlihat foto-foto perjalanan yang tidak banyak berbeda dengan foto-foto yang saya masukkan dalam Esai Foto: Libur sekolah telah tiba.... Bedanya dalam foto-foto lama ini saya yang menjadi tokoh anaknya. Rupanya banyak hal yang diwariskan oleh orang tua yang diturunkan tanpa kita sadari.
1972, my father, my grandma, me, and my brother.

Beruntung keluarga saya sudah memiliki kebiasaan merekam kegiatan kami sejak dahulu, sehingga sangat jelas terlihat betapa banyak kesamaan yang bisa jadi terjadi karena peristiwa masa kecil terekam dalam ingatan bawah sadarku dan terulang kembali ketika saya memiliki anak. Itu sebabnya sangat penting bagi orang tua untuk menyadari fungsi dan pengaruhnya kepada anak-anaknya.

Hal lain yang juga menarik perhatian saya adalah kesetiaan ayah saya pada mobil Toyota. Bisa jadi keterkaitan saya kepada merek mobil ini juga terpupuk oleh ayah saya. Pengenalan dan keterkaitan terhadap merek memang sudah saya sadari dipupuk oleh keluarga, hal ini pernah saya bahas dalam tulisan mengenai Kidzania (lihat wikimu untuk versi Indonesia, dan tulisan ini untuk komentar dalam bahasa Inggris).


Jeep Toyota yang ngeceng di Puncak Pass ini difoto tahun 1972, ketika itu saya dan keluarga masih tinggal di Makassar. Ceritanya mobil ini kemudian dibawa ke Sulawesi, kami hanya numpang pakai dan bergaya sejenak.




Ketika kami pindah ke Jakarta pada tahun 1974, ayah mengirimkan mobil Toyota Crown yang kami pakai lewat kapal laut. Jadilah mobil dengan nomor polisi DD ikut menyemarakkan kota Jakarta, sebelum berganti pelat nomor B. Dengan mobil Toyota Crown ini kami berjalan-jalan menyambangi kenalan di kota Bogor, terlihat foto saya dan adik bersama seorang tante di depan mobil kami.

Kemudian ketika saya pertama kali belajar menyetir, ayah saya menjadi guru pertama pelajaran menyetirku. Mobil yang kugunakan adalah Toyota Corolla DX, itu juga yang kemudian menjadi sedan pertama yang kugunakan. Tetapi SIM A pertamaku kudapat bukan dengan membawa mobil sedan. Ketika itu saya ikut mengambil SIM melalui tempat belajar menyetir, walaupun saya tidak ikut les menyetir di tempat itu. Alhasil saya menjalani tes bersama calon-calon sopir dan mobil yang harus kugunakan adalah L300. Bayangkan saja betapa kagok dan bingung saya ketika harus ujian praktek itu. Terbiasa dengan sedan dan persneling tongkat membuat saya merasa aneh membawa mobil besar L300 dan persneling tangan. Tak urung mobil meluncur turun ketika pak polisi meminta saya mengerem di tanjakan tanpa menggunakan rem tangan. Huuhhhh...untung akhirnya aku lulus juga, padahal terus terang sebelumnya saya sudah panas dingin memperhatikan sopir-sopir lain ganti gigi...maklum saya belum pernah bawa mobil model begini, untung masih bisa masuk ke gigi yang benar!

Ketika kemudian saya berganti memakai mobil kijang tidak terasa aneh karena walau berbadan besar, kijang tetap dengan rasa sedan (he..he...he...)

Lomba menulis blog Toyota Kijang malah membuat saya menggali memori masa lampau, dan merasa beruntung karena orang tua saya sudah mengisinya dengan kenangan indah yang mungkin tidak teringat tanpa melihat foto, tapi secara nyata terekam dalam alam bawah sadarku dan terulang kembali dari saya untuk anak-anakku.

Note: It's funny to see how our unconscious mind can keep our memory and reflected back in our action to our kids. Look at these pictures, see how similar it is with my own experience with my children (posted in the other Photo essay). Brand awareness is also something that can be passed through generations as inheritance of being a loyal costumer...see how my dad was also using Toyota and he's still a loyal costumer today!).

4 comments:

Anonymous said...

Fotonya tante Irene dan waktu masih muda mana Kak Retty? :)

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

he..he...he...menyusul deh ya...
Maaf nih lagi sibuk karena anak-anak liburan. Sebenarnya blog ini tidak bermaksud jadi blog pribadi, gara-gara Toyota Kijang jadi sedikit melenceng. Putar-putar sedikit nggak apa kali ya...model Reader's Digest dan Intisari kan banyak yang cerita pribadi juga toh...he...he...he...alasan!

Anonymous said...

Very much enjoyed seeing your family photos. It reminds me of the saying that "the child is mother to the woman"

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

Opening my old photos reminds me that it is very important to share wonderful moments with children as the unconscious mind will absorb it and repeat in through generations...

Here the picture is me and my dad visited the tea plantation, then in the other posting is me and my twins who repeat the memory...perhaps (if the tea plantation is continue to exist) my sons will also repeat it with their own nuclear family...