Friday 18 July 2008

Pemerintah dan Pintu Gerbang Industri Kreatif

Minggu, 13-07-2008 14:04:08 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini

Tulisan ini terinspirasi oleh surat pembaca dari seorang seniman bernama Teguh Ostenrik di harian Kompas, Minggu 13 Juli 2008, berjudul Industri Kreatif "Quo Vadis"?

Teguh Ostenrik saya kenal memiliki reputasi internasional sebagai seniman. Dalam Wikipedia berbahasa Perancis namanya disebut dalam kategori pematung Indonesia. Tentunya masih banyak pematung Indonesia lainnya yang sepatutnya ikut juga disebut dalam ensiklopedi online itu, selain kenyataan bahwa selain mematung Teguh Ostenrik juga melukis.

Bulan Juli 2007 lalu rupanya mas Teguh diundang oleh Artist in Residency Program of Malihom and ABN AMRO di Penang, Malaysia untuk suatu program workshop gabungan seniman internasional dan lokal. Hasil dari program kerjasama para artis internasional ini dipamerkan di Kuala Lumpur dan Singapura. Rupanya kepulangan hasil karyanya ke Indonesia tersangkut di Tanjung Priok, Jakarta. Sementara itu biaya gudang untuk hasil karyanya membengkak menjadi 12 juta rupiah, dan untuk mengeluarkan hasil karya itu dibutuhkan biaya sampai 65 juta rupiah.

Dalam suratnya itu mas Teguh mempertanyakan kepada ibu Mari Pangestu, menteri perdagangan: "Bagaimana kita bisa memperkenalkan hasil kreativitas anak bangsa kepada dunia apabila pintu gerbangnya kecil sekali dan selalu dipersulit agar semakin sempit?"

Sementara kepada pembaca harian itu, ditanyakan apakah ada yang bisa membantu seniman, yang buta dengan seluk beluk urusan administrasi, untuk proses mengeluarkan hasil karyanya dengan selamat kembali ke rumah.

Surat pembaca ini mengingatkan saya akan pentingnya peran pemerintah dalam mengangkat karya anak bangsa ke dunia internasional. Saat ini terlihat dunia seni rupa Indonesia sedang menggeliat bangun, cukup banyak pameran seni rupa yang berlangsung di berbagai pelosok negeri.

Di Jakarta saja cukup banyak kegiatan yang bisa didatangi para pencinta seni rupa Indonesia. Ella Wijt, seorang perupa muda belia, yang belum lama ini saya liput untuk wikimu.com (lihat http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8946) juga akan diundang ke pameran di luar negeri. Kalau ada yang membaca artikel tersebut di atas, mungkin bisa membaca suratan ketakutan akan kehilangan bakat muda ini setelah dia meneruskan kuliah ke Amerika, tapi memang hal itu adalah hak pribadinya sebagai seniman yang tentunya ingin terus berkembang. Bagi saya dia bukan sekedar membuat burung-burung untuk meniupkan harapan bagi Indonesia, tapi dia juga salah satu dari bagian harapan itu sendiri.

Mengapa ketakutan itu muncul? Karena kesulitan teknis yang dialami mas Teguh di atas bisa jadi akan menjadi beban bagi perkembangan seni rupa di Indonesia. Bukan sekedar bila hal ini menyangkut anak bangsa, tapi bisa jadi hal seperti itu juga terjadi pada pameran perupa asing ke Indonesia. Ketika hal ini terjadi, bagaimana seni rupa Indonesia bisa berkembang?

Ketika berada di Seoul, saya menyaksikan bagaimana masyarakat Seoul dimanjakan dengan pameran seni rupa bermutu dari luar negeri. Sayang waktu saya dihabiskan sepenuhnya untuk forum pertemuan international citizen reporter OhmyNews.com sehingga tidak sempat menyaksikan banyak pameran. Ketika itu yang terbersit di pikiran saya, betapa menyenangkannya bahwa masyarakat yang belum mampu ke luar negeri juga bisa menyaksikan karya perupa terkemuka yang berasal dari museum di luar negeri tanpa harus ke luar negeri.

Pameran kerjasama seperti ini memang juga terjadi di Indonesia. Simak saja pameran fotografi dari kedutaan Mexico yang pernah saya kunjungi di awal tahun ini (lihat http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=5640), atau masih banyak lagi pameran yang tidak sempat saya tuliskan bagi pembaca wikimu.com.

Saya cukup akrab dengan kegiatan berbagai pusat kebudayaan, dan dahulu saya sering membatin melihat usaha dari pemerintah dan pusat kebudayaan pemerintah asing itu untuk mempromosikan para artis muda maupun bakat kreatif yang mereka miliki. Selain promosi ke luar negeri, para calon penggiat industri kreatif ini juga memperoleh pengalaman berharga yang tidak terkira dengan pertemuan mereka pada aspek lain dari kebudayaan di luar kebudayaan yang dikenalnya. Salah satu hal yang masih terekam dalam ingatan saya adalah sebuah pameran di Museum Nasional di tahun 90-an yang antara lain mengangkat karya seorang ibu rumah tangga dari Australia. Betapa penghargaan pemerintahnya kepada bakat seni dan kreativitas seni tidak terpasung pada patokan tertentu.

Ada seniman asing yang saya kenal dari kegiatan di Pusat Kebudayaan Perancis. Menyenangkan untuk melihat dia berkembang dari seniman muda berbakat, terus bereksplorasi dalam berbagai bidang seni, hingga mungkin nantinya tertera dalam nama seniman dunia. Bisakah seniman Indonesia memperoleh kesempatan yang sama?

Terus terang bila fasilitas dari pemerintah Indonesia bisa mengakomodasi promosi seniman muda berbakat, entah dengan kerjasama dengan galeri-galeri atau semata-mata dalam bentuk kegiatan sejenis yang dilakukan di pusat-pusat kebudayaan itu, saya yakin industri kreatif Indonesia akan terus berkembang mendunia.

Prosedur yang jelas dan bantuan pemerintah untuk mempermudah jalur keluar masuknya karya seni ini tentunya tetap memerlukan pengawasan agar tidak terlepas dari masalah bea cukai yang mungkin menjadi hak pemerintah bila pameran yang terlaksana bersifat bisnis. Seniman seringkali "buta" terhadap masalah administrasi dan prosedur hukum atau lainnya. Ada baiknya bila pemerintah menyediakan sarana untuk membantu informasi dalam memperlancar seniman nasional go international. Dengan menetapnya seniman berkualitas internasional di dalam negeri hal ini kedepannya juga bisa menunjang pemasukan devisa!

The Government and the gate of Creative Industry.

Teguh Ostenrik, an Indonesian artist with international reputation wrote a reader's letter in daily Kompas (printed edition, or read it here. He is questioning the procedure of taking out his art works which he produced during his workshop in Malaysia into Indonesia. I'm taking this into wikimu and also into Forum Pembaca Kompas to call attention from the government. It is important that the government helps talented citizen to improve our local quality in producing creative people. And it would also benefit the government if they have their talented citizens stayed here. Unfortunately I did not receive any comments, is it not important? Or is it too sensitive?

No comments: