Minggu, 20-07-2008 09:09:02 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini
Hari Jumat, 18 Juli 2008, banyak harian cetak ibukota yang mengangkat berita ulang tahun tokoh dunia dari Afrika Selatan, Nelson Mandela. Hari itu hari ulang tahunnya yang ke-90.
Mandela, yang pernah dipenjara selama 27 tahun karena menentang politik apartheid ternyata berhasil belajar banyak di dalam penjara. Di Kompas cetak hari Jumat (atau lihat disini) dituliskan bahwa dia mengakui keluar dari penjara sebagai seorang lelaki dewasa. Usianya ketika dimasukkan ke dalam penjara sudah tidak muda, sudah 44 tahun, tapi seperti ditulis di Kompas, dia masuk ke penjara sebagai lelaki yang emosional, keras kepala dan mudah tersinggung, kemudian keluar sebagai sosok yang imbang dan berdisiplin.
Tentu banyak yang meliput ulang tahun Mandela, atau dikenal oleh rakyat Afrika Selatan sebagai Madiba, karena dia adalah presiden kulit hitam pertama. Perhatian ini terlihat dari peluncuran koin dan perangko Nelson Mandela dalam rangka peringatan ulang tahunnya yang ke-90 ini.
Saya sendiri lebih tertarik pada baju batik yang dikenakan Mandela. Pakaian ini tampak dikenakannya pada poster diri, pada perangko, dan juga pada acara ulang tahunnya. Terlihat betapa dia berusaha mengangkat nilai batik Afrika Selatan. Pakaian batik menjadi identik dengan dirinya sehingga ada juga yang menyebutnya “Madiba’s Shirt” (kemeja Madiba). Tentunya hal ini tidak lepas dari promosi Nelson Mandela yang senang memakai batik pada berbagai acara yang diikutinya, termasuk juga pada acara formal.
Jangan heran bila batik juga menjadi sebuah nilai budaya di Afrika Selatan, karena memang menurut hasil penelitian masih ada hubungan budaya dengan Nusantara karena proses migrasi penduduk. Bahkan bahasa Afrikaans yang merupakan satu dari sebelas bahasa resmi di Afrika Selatan memiliki hubungan erat dengan bahasa Melayu. Setidaknya begitu yang pernah saya baca dari penelitian Dr. Ron Witton, seorang Australia yang pernah meneliti hubungan antara bahasa Afrikaans dengan bahasa Melayu.
Tentang bagaimana batik masuk ke Afrika belum pernah secara khusus saya pelajari, tetapi dengan perkembangan batik dengan desain khas Afrika seperti yang terlihat di portal ini, tidak heran bila nantinya bukan hanya Indonesia dan Malaysia yang bisa membanggakan batik. Bahkan dengan semakin memanasnya bumi ini, bukan tidak mungkin batik menjadi pakaian resmi dalam acara formal internasional…mau ikutan promosi?!
4 comments:
although i can't read the text, the links give a clue -- i know that Mandela started wearing batik shirts when he first visited Indonesia -- i only wear batik shirts: they're from Malaysia but i once had some things from Indonesia that have long since worn out, including a smoking jacket that a lady friend's parrot liked so much he'd pick at the shoulders when he perched on it
Thank you John, so language is not really a barrier if one's trying to understand others. You're right, I'm telling readers in wikimu about Mandela promoting batik. I think batik can be an international formal dress code (especially if the earth getting warmer and warmer...he...he...he...).
Ha...ha...ha...I can imagine the parrot is missing his forest...
Other than batik Indonesia has so many traditional textiles, I hope I can also explore some of it here. That's why I wrote the poem...there are so many things that I would like to write, but I don't have the time...
Wahhh hebattt parade Kijang...
Mas Tuhu, salah kirim komentar ya...harusnya ke http://khazanahpikir.blogspot.com/2008/07/kijang-dan-visit-indonesia-year-2008.html
he..he...he...
Post a Comment