Friday 4 July 2008

Jakarta, Banjir, dan Kijang nan Perkasa...

Saat menulis artikel untuk wikimu.com dalam rangka memperingati hari ulang tahun Jakarta (lihat wikimu.com), tiba-tiba saya teringat pernah melihat foto mobil kijang adikku yang berendam dalam banjir. Tanya sana tanya sini, akhirnya saya berhasil mendapatkan foto tersebut dari seorang sepupu yang menjadi saksi mata, dan dari ayah saya yang masih menyimpan foto-foto yang dipakai sebagai bukti untuk klaim asuransi. Berikut ini sedikit kisah tentang Jakarta, banjirnya, dan kijang perkasa yang selamat setelah harus menginap di “rumah sakit” mobil.
The big flood visited Jakarta (February 2007)

Sejak pertama pindah ke Jakarta, keluarga saya tinggal di tepi kali Krukut. Tidak terlihat persis di sebelah kali karena ada sebuah tembok tinggi yang membatasi kali dengan kompleks perumahan kami, tapi sesungguhnya memang rumah kami termasuk berada di tepi kali itu. Ketika Jakarta semakin tua, terasa banjir semakin sering menyambangi kompleks perumahan kami.


Jakarta sejak masih bernama Batavia memang sudah rentan banjir. Tidak heran bila zaman dahulu Batavia (sebelum berganti menjadi Jayakarta, lalu berubah lagi menjadi Jakarta ) ingin dibuat meniru Amsterdam, dengan kanal-kanal sebagai pengatur lalu-lintas air di dalam kota. Rasanya memang air perlu manajemen khusus dalam perencanaan kota Jakarta, soalnya tanpa hujan tanpa angin rumah saya dahulu bisa tiba-tiba tergenang air yang meluap. Katanya sih, penjaga pintu air memberi kami “hadiah” kiriman dari Bogor. Bogor memang terkenal sebagai kota hujan…jadi tidak heran kalau limpahan “hadiah” yang dikirim cukup besar volumenya.


Kalau mengingat posisi strategis rumah orang tua saya di Kebayoran, rasanya lebih nyaman tinggal menumpang di rumah orang tua. Tapi, kalau mengingat banjir yang membuat jadwal acara saya dan suami bisa berantakan tiba-tiba, kami lebih senang pindah ke luar Jakarta dengan resiko tua di jalan!

Banjir ini juga yang menjadi salah satu penyebab kami mengganti mobil sedan dengan mobil kijang. Selain kebutuhan fungsional untuk mengangkut banyak orang, mobil ini cukup tinggi untuk mengarungi banjir pendek di kompleks rumah orang tuaku dulu. Kondisi mobil ini memungkinkan kami untuk tetap nekad pulang ke rumah ataupun untuk mengungsikan mobil di dalam keadaan banjir mulai meninggi. Di kemudian hari kendaraan jenis ini membuat perasaan dalam mengendarai mobil lebih aman, karena bila ada banjir kecil di jalan kami masih cukup PD (percaya diri) untuk melewatinya.


Tapi banjir besar seringkali datang tanpa disangka-sangka. Begitu juga kejadian yang terjadi pada bulan Februari tahun 2007. Tiba-tiba banjir datang melanda, dan ternyata bukan sekedar banjir seperti biasanya. Kami memang sudah terlatih untuk hidup bersama banjir, beberapa bagian rumah ditinggikan untuk mengantisipasi banjir musiman maupun banjir besar lima tahunan. Tapi tanpa kewaspadaan tinggi tetap saja korban bisa terjadi. Salah satu korban itu adalah kijang adikku.

Bisa dibayangkan kondisi banjir ketika itu, bila melihat mobil lain yang tadinya sudah diamankan di dalam ruang tamu bisa melayang mendobrak pintu rumah dan keluar ke halaman, dan berhenti karena tertahan oleh pagar rumah. Mobil adik bungsuku, sebuah Kijang Grand Extra keluaran tahun 1995 terendam hingga hampir ke atap mobil. Ketika banjir usai, rasanya campur aduk melihat mobil yang sudah berusia dua belas tahun itu berlumur lumpur. Kalau di Singapura, mobil ini sudah termasuk mobil kadaluarsa, sayangnya buat adik saya mobil ini sangat menunjang operasional pekerjaannya dan dia belum mampu membeli mobil baru khusus hanya untuk pekerjaan operasional tersebut. Beruntung karena layanan asuransi kendaraan yang digunakan keluarga kami cukup bagus. Pihak asuransi benar-benar bertanggung jawab membantu biaya “rumah sakit” si kijang tua ini.

Ketika itu bengkel-bengkel yang biasanya berafiliasi dengan asuransi kami ikut menderita kebanjiran, maklum banjir besar se Jakarta itu memang melumpuhkan roda ekonomi Jakarta untuk beberapa saat. Jangan ditanya kerugian materil yang ditanggung rakyat dan pemerintah akibat musibah banjir ini! Dalam kesukaran terkadang ada berkatnya juga, karena bengkel-bengkel juga kebanjiran maka pihak asuransi mengizinkan adik saya membawa mobilnya ke bengkel Auto 2000. “Rumah sakit” mobil dan perawatan salon rupanya berhasil mengobati kijang adikku. Alhasil kijang tersebut sudah sehat kembali (lihat foto di postingan ini), dan kadang-kadang saya pinjam juga bila sedang tidak punya kendaraan. He...he...he...untung Kijang adikku selamat setelah berlibur di "pulau air", jadi dia masih bisa perkasa dan berjasa dalam usia tuanya.

2 comments:

Anonymous said...

Haven't been through a flood, but have endured many hurricanes (East Coast USA) and a few earthquakes (Mexico). With hurricanes we get warned in time to prepare but earthquakes give us a sinking feeling of helplessness, specially if we happen to be in a tall building

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

Perhaps facing hurricanes and earthquakes are more scary than living with flood. But if the whole city was flooded for a long time, it would ruined the economic and the fighting spirit of the citizen.