Minggu, 06-07-2008 11:56:59 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Ketika anak-anak masih kecil, salah satu kesukaan utama mereka tentunya bermain. Bermain lego adalah salah satu kegemaran utama mereka. Lego memang bisa membantu mereka dalam mengembangkan baik kemampuan motorik maupun kemampuan berpikir logis dan peningkatan kretivitas anak.
Ketika saya kecil juga senang bermain balok-balok kayu, mainan yang kemudian berkembang menjadi mainan balok-balok lego. Terkadang orang mengatakan permainan masa kecil itu yang menjadi dasar pemilihan teknik arsitektur sebagai pilihan kuliah saya. Mungkin ada benarnya..., tapi ternyata lego bukan sekedar untuk menciptakan arsitek atau kontraktor, permainan ini juga bisa mendorong anak menjadi pencipta robot maupun progammer komputer.
Itulah yang saya saksikan dari kegiatan Olimpiade Robotik Indonesia 2008 (Indonesian Robotic Olympiad 2008) yang berlangsung saat ini (6 Juli 2008) di Crystal Lagoon, Senayan City, Jakarta. Olimpiade Robotik Indonesia 2008 adalah olimpiade tahunan ke lima yang dipertandingkan di Indonesia. Pemenang dari pertandingan nasional ini akan menjadi duta Indonesia ke Olimpiade Robotik Dunia (World Robotic Olympiad) ke 5 di Yokohama, Jepang.
Acara Olimpiade Robotik Indonesia kali ini sekaligus merupakan pembukaan sebuah pusat komunitas robotik sekaligus sebuah toko dari Mikrobot (lihat http://www.mikrobot.com/). Sebagai penyelenggara tahunan Olimpiade Robotik Indonesia, Mikrobot juga menjadi national partner dari World Robot Olympiad.
Peserta pertandingan ini selain berasal dari Jabodetabek juga datang dari berbagai kota lain di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Surakarta, bahkan dari Medan, Sumatera Utara.
Menarik juga menyaksikan anak-anak usia SD mengikuti persiapan Olimpiade ini kemarin. Seorang ibu yang menunggui anaknya mengatakan betapa beberapa anak tampil santai dan masih seperti bermain, sementara mungkin orang tuanya yang lebih tegang menyaksikan pertandingan itu.
Memang saya lihat para peserta tetap tampil santai dengan gaya mereka masing-masing. Ada yang sudah serius membuka laptop ketika menanti pembukaan pertandingan. Ada juga yang santai bermain atau ngobrol. Penampilan rambut harajuku juga ada terlihat, ada juga seorang peserta dengan penampilan kepang panjang yang menghiasi rambutnya.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah sedikitnya jumlah anak perempuan yang mengikuti acara ini. Dari 123 peserta junior dan senior hanya ada 4 orang peserta perempuan, dua orang junior dan dua orang senior. Entah apakah minat anak perempuan lebih kecil pada kegiatan robotik atau karena kurangnya dukungan orang tua pada minat anak perempuan pada kegiatan ini.
Dukungan orang tua, sekolah, maupun klub pencinta robotik memang sangat penting dalam pengembangan kreativitas anak-anak ini. Kegiatan ini sebenarnya membutuhkan modal yang cukup besar. Saya beruntung karena sekolah anak saya bekerja sama dengan sebuah lembaga pendidikan robotik sehingga biaya yang ditanggung orang tua dalam memberikan anaknya pengalaman mengenal dunia pembuatan robot dan programnya ini tidak terlalu besar.
Seluruhnya ada 40 tim junior dan 23 tim senior yang bertanding. Satu tim terdiri atas dua orang, walaupun ada juga tiga orang yang bertanding sendirian. Dalam kerja tim memang anak-anak juga diajarkan untuk tidak egois, belajar bekerja sama dan saling membagi tanggung jawab.
Dari empat kali pertandingan pada tahun-tahun sebelumnya terlihat peningkatan prestasi anak-anak Indonesia. Berangkat dari hanya satu tim yang berhasil berangkat ke WRO 2004 di Singapura, setiap tahun terlihat perkembangan yang cukup baik, dilihat dari peningkatan jumlah tim yang bisa mewakili Indonesia di event internasional, maupun hasil yang dicapainya. Tahun 2007 lalu Rubik Solver Robot menerima "Golden Award" dari WRO 2007 di Taipei-Taiwan.
Semoga kegiatan positif seperti ini bisa ditingkatkan. Dan dengan kerjasama berbagai pihak yang memperhatikan pendidikan anak bangsa kegiatan ini bisa menjangkau lebih banyak anak lagi.
No comments:
Post a Comment