Wednesday, 23 July 2008

Kijang dan Visit Indonesia Year 2008



Tahu tidak hubungan antara mobil kijang dan Visit Indonesia Year 2008? Ada hubungan erat antara kedua hal itu, karena bila tamu keluarga berdatangan maka mobil kijang menjadi sangat dibutuhkan. Kali ini bukan bercerita tentang perjalanan jauh ke luar kota, atau kisah menginap di “pulau air”, tapi sekedar berbagi kisah acara kumpul keluarga.

Hari Minggu kemarin, saya terpesona juga melihat kijang-kijang berkumpul di halaman rumah orang-tuaku, ada juga yang merumput…he..he..he…karena terpaksa harus naik ke halaman rumput. Ceritanya hari itu ada reuni kecil keluarga secara tidak resmi.

Seorang sepupu yang bekerja di perusahaan multinasional dan sedang bertugas di Amerika datang berlibur dengan istri dan salah seorang anaknya. Ibunya datang dari Makassar ke Jakarta, lumayan bisa bertemu anak dan cucu setelah sekian lama hanya berkabar melalui telpon.

Seorang tante yang lain, punya keluarga yang “internasional”. Satu sepupuku menikah dengan pria Perancis, yang seorang lagi menikah dengan pria Amerika, sementara adiknya yang paling kecil menikahi gadis Amerika. Untungnya si sulung masih kebagian produksi dalam negeri, nona Menado. Kebetulan menantu Perancis dan si bungsu beserta istri tidak bisa datang, tapi coba bayangkan kalau keluarga ini sudah berkumpul dengan segala keragamannya. Anak saya sedikit heran karena punya sepupu bule yang tidak bisa berbahasa Inggris. Maklum, anak sepupuku yang dari Perancis cuma bisa bahasa Perancis dan Arab (karena mereka agak lama di Maroko). Mobil si sulung yang kijang jadi andalan mereka dalam bepergian beramai-ramai (dan hemat energi).

Minggu pagi itu, keluarga Amerika yang terdiri dari bapak, ibu, dan dua orang putra kecilnya berangkat berlibur ke Bali dengan pesawat. Tidak disangka, pesawat delay dan mereka sudah menunggu di bandara Soekarno Hatta dari jam 7.00 pagi sampai jam 11.00 siang tanpa kejelasan kapan berangkat. Pikir-pikir, kalau mereka berangkat naik mobil Kijang tentunya sudah cukup jauh perjalanannya. Kalau mereka berjalan lewat jalur Selatan tentunya Bandung sudah terlewati, belum lagi mereka bisa melihat-lihat pemandangan di jalan. Entah jam berapa akhirnya baru mereka berangkat, kasihan juga anak-anak kecil mereka pasti bosan menunggu di bandara.

Ketika tamu-tamu bubar jalan untuk melanjutkan perjalanan masing-masing, saya sempat iseng bertanya pada seorang sepupuku yang memiliki mobil kijang: “Kenapa kamu pilih kijang ini?” Dia menjawab: “Soalnya, dari dalam mobil tidak terlalu keras suara mesinnya. Biasanya mobil diesel kencang bunyinya.” Hah? Saya sedikit melongo karena saya tidak sadar kalau mobil dia itu pakai solar bukan bensin. “Biasanya mobil solar bau sekali asap knalpotnya, kok ini tidak ya?!” kataku. Walaupun tidak memperhatikan tipe mobil, biasanya saya selalu terganggu dengan bau solar yang bisa membuatku sakit kepala.

Tapi saya lupa bertanya apakah mobilnya juga perlu membuka satu pintu ketika menutup pintu bagasi supaya bisa tertutup kencang. Ini salah satu kelemahan kijangku dan kijang ayahku, sampai-sampai setiap kali menutup pintu bagasi kami terbiasa membanting pintu keras-keras. Tentunya menjadi tertawaan ketika kami menutup pintu bagasi mobil orang tanpa mengingat kalau itu bukan kijang kami.
Jadilah kijang-kijang lincah ini akan bertugas mengantar tamu-tamu dari luar negeri untuk melancong di Indonesia. Rute mereka selain Bandung (tentunya tujuan utama ke Cihampelas) juga ke Puncak, dan berbagai tempat rekreasi di Jabodetabek. Sepertinya Mangga Dua juga akan masuk dalam agenda mereka, karena biar sudah tinggal di luar negeri, tetap saja selera sepupu-sepupu perempuanku itu khas Indonesia…wisata belanja!

Bulan September mendatang giliranku yang menerima tamu dari Australia. Kakak iparku menikah dengan pria Australia, dan mereka akan datang bersama dua orang putrinya ke Jakarta. Kalau mereka tinggal cukup lama disini, maka bisa jadi kami ikutan konvoi orang mudik Lebaran di awal Oktober nanti.

Beberapa tahun yang lalu ketika mereka datang, pernah juga kami berbaris dalam antrian panjang mobil-mobil mudik. Saat itu kami hanya bertujuan ke Puncak, tapi mau tidak mau harus antri bersama mobil-mobil yang akan pulang kampung. Yang menyetir harus lebih hati-hati karena kondisi seperti ini memerlukan banyak main kopling dan gas. Kalau kurang piawai bisa-bisa koplingnya habis. Tapi toh, kami tidak terlalu khawatir juga. Bukan hanya karena yang menyetir benar-benar menguasai mobil, tapi juga karena tenda-tenda bengkel resmi dari Toyota untuk membantu konsumennya banyak tersedia di tepi jalan. Rasanya perjalanan jadi lebih mantap dan aman!

Jadi karena Indonesia sudah mencanangkan tahun 2008 sebagai Visit Indonesia Year, dan rupanya banyak juga yang rindu kampung halaman dan sanak saudara, maka saya hanya bisa berkata; “Selamat datang, kijangku siap melayani kalian!”

1 comment:

arison said...

bener juga ya,apalagi masyarakat indonesia gemar bepergian dengan orang banyak,pasti membutuhkan transportasi dengan bisa menampung banyak penumpang serta irit bahan bakar...