Thursday 24 April 2008

Pesona Minang Nan Menawan Mewarnai Ulang Tahun Museum Nasional



Menyambut ulang tahun ke 230 tahun dari Museum Nasional yang jatuh pada tanggal 24 April sekaligus dalam rangka Tahun Kunjungan Indonesia 2008, maka di Museum Nasional sejak tanggal 7 - 30 April 2008 (diperpanjang hingga tanggal 7 Mei 2008) berlangsung pameran khusus bertemakan "Pesona Kain Tradisional Minangkabau". Pameran terlaksana dengan kerjasama instansi terkait Museum Negeri Propinsi Sumatera Barat dan Anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Bicara tentang tekstil tradisional Indonesia tidak harus selalu mengenai kain batik. Sumatera Barat juga menawarkan keindahan kain tradisional yang menawan lewat songket dan bordir. Kain songket di Nusantara ini memang tidak semata-mata berasal dari kebudayaan Minangkabau, tetapi gaya dan corak desain yang digunakan tentunya merupakan sesuatu yang sangat khas dari setiap daerah.

Ranah Minang atau Minangkabau senantiasa menarik perhatian wisatawan asing, karena walaupun masyarakatnya dominan beragama Islam tetapi tata kehidupan dalam masyarakat adat mereka menggunakan sistem matrilineal. Dalam budaya Minangkabau sangat sarat makna simbolis, dan simbolisasi ini terutama terungkap melalui penampilan dan pemakaian kain tradisionalnya.

Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Dradjat, yang waktu itu membuka pameran ini mewakili Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, mengatakan bahwa sasaran utama dari pameran ini adalah anak muda generasi penerus bangsa. Diharapkan generasi muda ini juga mengenal nilai-nilai simbolik yang diturunkan melalui tata cara pemakaian kain, maupun corak ragam desain kain tersebut.


Motif-motif yang digunakan dalam desain kain tradisional Minangkabau memang sangat dekat dengan alam, dan ini sangat sesuai dengan falsafah orang Minang: alam takambang jadi guru. Bila sekarang ini masyarakat kembali diingatkan akan gerakan mencintai alam, atau diingatkan akan peran manusia dalam menjaga bumi dari pemanasan global yang juga berakibat pada perubahan cuaca secara global. Maka sebenarnya falsafah orang Minang tidak pernah melupakan alam semesta yang berlimpah sebagai sumber kehidupan manusia.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Provinsi Sumatera Barat, H. James Hellyward mengingatkan bahwa budaya Minangkabau juga dibawa oleh orang-orang Minangkabau yang bermigrasi ke Malaysia. Karena itu penting bagi kita untuk terus menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya kita agar tetap dikenal dan identik dengan kekayaan kultural kita yang khas.

Pameran ini tampaknya juga bisa dipakai sebagai pengantar atau referensi untuk menengok Pameran Kain Tradisional Unggulan Nusantara yang sudah berlangsung dari Rabu hingga Minggu (16- 20 April 2008). Bahkan dalam acara khusus "Dara Fashion Performing Arts" hari Selasa 15 April 2008 desainer Musa Widyatmodjo berkolaborasi dengan penata tari Boi G. Sakti khusus mempersembahkan pesona kain tradisional Minangkabau dalam persembahan unik perpaduan antara peragaan busana dan tarian kontemporer. Rupanya kain tradisional Minangkabau memang masih bisa terus berkembang dan menjadi bagian dari pesona Nusantara.

Dalam bagian pesona itu, ada baiknya kita lebih mengenal sejarah dan falsafah yang diturunkan melalui desain kain tradisional ini. Misalnya motif Pucuak Rabuang (pucuk rebung), menggambarkan kualitas ideal yang diinginkan dari seorang pemuda Minangkabau; ketika muda berguna (seperti bambu muda/rebung berguna sayuran), dan menjadi penolong ketika dewasa (seperti batang bambu yang berguna untuk konstruksi, atau peralatan kerja). Sementara motif Itiak Pulang Patang (itik pulang petang dalam satu garis lurus berbaris) menggambarkan kedisiplinan dan aturan yang ada dalam komunitas yang mengikuti aturan adat. Dalam konferensi internasional mengenai kain tradisional Indonesia pada tahun 2007 sempat juga dijelaskan arti lain yang terkandung dalam motif Itiak Pulang Patang ini, itik pada pagi hari berpisah ke segala penjuru mencari makan tetapi pada petang hari setelah kenyang pulang bersama-sama. Manusia seringkali berbeda dengan itik, pada saat susah mencari teman dan rekanan untuk menolong, tapi pada saat sudah berhasil seringkali memilih jalan sendiri tidak ingin berbagi keberhasilan. Falsafah itik ini yang mendasari sikap orang Minang yang pergi merantau (mencari makan), dan setelah berhasil selalu pulang atau berbagi keberhasilan dengan komunitasnya, hal ini antara lain terlihat pada waktu Idul Fitri dimana ada kebiasaan untuk pulang kampung yang disebut pulang basamo (pulang bersama-sama).


Berbagai informasi seputar kisah dan perkembangan kain tradisional ini yang ditawarkan oleh Museum Nasional untuk dilihat dan diketahui masyarakat. Satu hal menarik adalah kehadiran sebuah pakaian yang terbuat dari kulit kayu, rupanya kesulitan ekonomi yang sangat parah di masa penjajahan Jepang membuat orang Minangkabau sempat beralih membuat pakaian dengan kain dari kulit kayu Tarok. Kesulitan di zaman Jepang ini pula yang mengakibatkan terhambatnya penurunan ilmu menenun yang diwariskan dari generasi tua ke generasi muda. Menenun songket dan membuat bordiran memang tidak mudah dan membutuhkan kesabaran, tapi sangat sayang bila hilang tergantikan oleh mesin semata. Kemampuan kerjasama antara penenun, pemasar, dan pemakai selain membantu terjaganya sebuah nilai kultural yang tinggi juga bisa menjadi sumber mata pencaharian lokal (dengan produksi kain tenun) bahkan sebagai penarik minat bagi pengunjung lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke ranah Minang (pariwisata).



Sumber info:

Press Release Pameran "Pesona Kain Tradisional Minangkabau"

Makalah Bernhard Bart dalam International Conference Traditional Textiles of Indonesia, Today and in the Future, Museum Nasional, 21 November 2007.

"Kain Tradisional Minangkabau Dipamerkan di Museum Nasional", Suara Pembaruan, 8 April 2008

"Kain Nusantara Dalam Tampilan Baru", Kompas, 20 April 2008

Krosceknews.com

Buat yang ingin ngintip hasil karya Musa Widyatmodjo bisa lihat di
: http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/18/29/101627/para-desainer-perlu-menggarap-kain-adati http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/22/29/102973/koleksi-musa-hadir-di-wisma-negara
Foto: Retty N. Hakim

No comments: