Wednesday 15 October 2008

Ketika Angka 4 Menjadi Angka Keberuntungan

Senin, 22-09-2008 11:18:59 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa

Kalau anda memasuki bangunan tinggi di Jakarta ini, selain angka 13 biasanya ada angka lain yang menghilang di panel penunjuk lantai yang terpampang di dalam lift. Angka yang hilang itu biasanya adalah angka 4. Hal ini terutama karena adanya kepercayaan dari etnis Tionghoa bahwa angka 4 yang dilafalkan sì itu bisa juga berarti “mati” dan diterjemahkan sebagai angka yang tidak memiliki keberuntungan.

Sebenarnya saya tidak terlalu ambil pusing masalah angka, toh grup F4 juga bisa ngetop dan sukses dengan namanya itu. Angka ini dahulu penting bila saya berhadapan dengan pemberi tugas desain yang percaya feng shui. Sudah lama saya tidak terlalu memusingkan angka empat itu, tetapi beberapa waktu belakangan ini saya seperti didorong untuk memikirkannya lagi.

Awalnya, dua minggu lalu ketika saya akan memperpanjang keanggotaan di Indonesian Heritage Society (IHS), petugas di perpustakaan bertanya kepada anggota yang mendaftar di depan saya: “Apakah anda punya pilihan nomor (keanggotaan)?” Saya yang berdiri di belakangnya tidak tahan untuk tidak nyeletuk: “Lho, boleh pilih nomor anggota? Baru tahu saya…”“Ya, soalnya ada beberapa orang yang percaya dengan nomor sial sehingga kalau ada nomor yang tidak diinginkan boleh saja pilih nomor yang lain.” Hah?! Baru tahu saya kalau orang asing juga suka memilih nomor, atau mungkin karena anggota IHS sekarang juga banyak orang Korea, China, dan Jepang.

Mungkin karena wajah bengong saya ketika mendengar adanya pemilihan nomor keanggotaan, maka dengan santai saya diberi nomor 384 tanpa bertanya apapun. “Wah?! Kok aku kebagian angka 4 nih?,” batinku. Tapi toh saya terima saja. Untungnya, ketika pertama kali bertugas kembali di museum dengan nomor keanggotaan baru itu, tamu yang datang sangat menyenangkan. Mereka kritis, rajin bertanya, dan terkadang memberikan masukan juga. Pengalaman yang menggembirakan!

Hari Jumat kemarin, pada waktu acara Kopdar alias kopi darat miliser Forum Pembaca Kompas (FPK) lagi-lagi saya tiba di meja pendaftaran mendengar orang bercanda tentang angka yang diperolehnya untuk door prize. Setelah itu, saya yang menerima angsuran nomor 004. Dengan bercanda saya berkata: “Wah, minta yang 007 saja ya!” Tapi tetap saja nomor 004 itu saya masukkan ke dalam tas sambil membatin: “Wah, empat lagi…”

Door Prize acara hari itu memang bikin ngiler, dua buah 3.5 Broadband Internet Package Indosat M2 (termasuk modem, dan kartu prabayar), serta sebuah Blackberry. Semuanya sumbangan sponsor dari Indosat. Biasanya saya tidak pernah beruntung dengan yang namanya undian maupun door prize, karena itu ketika teman-teman baru yang duduk di sebelah saya heboh menyambut pengumuman pemenang door prize, saya hanya ikut tertawa melihat kehebohan mereka. Hadiah pertama lewat, pemenangnya sederetan kursi kami…

Tidak disangka, ketika hadiah kedua berupa paket modem dan koneksi internet prabayar dari Indosat akan dibacakan, Mas Totot yang menjadi moderator merangkap MC dalam acara itu punya pesan sponsor. Katanya, angka yang akan keluar itu untuk kalangan etnis tertentu biasanya dianggap tidak beruntung, wah…H2C deh! (Harap-harap cemas, walaupun sebenarnya banyakan cemasnya…he…he…he…). Ternyata, memang benar angka yang disebut itu adalah 004…Wow, takjub, dan tak percaya…ternyata angka 4 bisa juga menjadi angka keberuntungan!

Kebetulan saya sedang kesal dengan koneksi jaringan internet yang saya pakai sekarang, dapat hadiah modem dan voucher gratis 160 MB dari Indosat M2. Lumayan, bisa buat uji coba. Kalau bagus, ya…berpindahlah saya ke lain hati! Terima kasih Indosat!

Ternyata keberuntungan tidak datang dari angkanya, tapi dari rezeki yang sedang diberikanNya kepada kita!

No comments: