Friday 11 July 2008

Suara Blogger Menggema Dalam Pemasaran Produk

Sabtu, 05-07-2008 06:51:15 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini



Suara blogger semakin keras menggema dalam dunia pemasaran. Pendekatan langsung kepada para blogger memang kian terlihat dengan maraknya lomba menulis blog. Hal ini dicermati oleh blog Media Ide, blog yang tahun lalu meraih penghargaan di Pesta Blogger Indonesia 2007 untuk kategori online marketing dan sales.

Kegiatan Toyota Astra Motor (TAM) mengumpulkan suara blogger dalam kegiatan promosi mereka untuk mobil keluaran baru All New Corolla Altis dan produk lama mereka Toyota Kijang meraih penghargaan New Wave Marketing Award Juni 2008 dari Mark Plus, Inc. Penghargaan yang diberikan pada tanggal 24 Juni 2008 di hotel Four Seasons, Jakarta, ini merupakan penghargaan kedua yang dikeluarkan oleh konsultan pemasaran terkemuka Mark Plus, Inc. Bulan lalu perhargaan ini diterima oleh Kompas.com sebagai apresiasi atas usaha Kompas membuat megaportal kompas.com.

New Wave Marketing Award diberikan kepada perusahaan yang melakukan inisiatif kampanye pemasaran, entah melalui media sosial, ekspiriensial, maupun interaktif. Penggunaan Web 2.0 sebagai sarana interactive marketing memang merupakan langkah baru TAM yang oleh Nukman Luthfie digambarkan sebagai sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bukan hanya perkenalan dengan para blogger yang diperoleh, tapi juga jaringan konsumen serta user insight, disamping mengkampanyekan situs khusus bagi para pemilik mobil Toyota.

Ada sebuah komentar di dalam blog Media Ide yang mempertanyakan kegiatan kompetisi menulis blog. Menurut komentator tersebut, hal ini tidak sesuai dengan sifat dasar blog sebagai media sosial. Lebih lanjut dia memperkirakan akan ada yang mempertanyakan otentisitas dan kredibilitas penulisan yang dihasilkan.

Menurut saya pribadi, penulisan yang otentik dan kredibel akan bisa dirasakan pembaca blog. Apalagi dengan sifat interaktif sebuah blog maka komentar dan balasan komentar akan menambah tajam pembahasan sebuah topik/produk. Yang membedakan kompetisi penulisan dalam media web 2.0 ini dari kompetisi penulisan konvensional adalah tidak adanya peserta yang tersisihkan. Maksud saya, walaupun peserta tersebut tidak berhasil mendapatkan hadiah, tetapi tulisan ataupun curahan hatinya tetap tampil. Hal ini berbeda dengan kompetisi menulis biasa, dimana tulisan yang kalah harus masuk keranjang sampah tanpa pernah terapresiasi oleh pembaca selain juri perlombaan.

Komunikasi antara produsen dan konsumen secara langsung dapat terjadi melalui situs yang dibuat oleh produsen. Media massa konvensional maupun media massa online (termasuk portal citizen journalism) bisa tetap menjadi jembatan dalam memperkenalkan keberadaan situs tersebut. Jembatan ini tetap diperlukan bagi konsumen yang belum mengenal maupun belum berminat kepada sebuah produk atau merek tertentu. Sebuah tulisan yang mengangkat pengalaman pemakai loyal bisa menjadi penggugah untuk mengenali sebuah merek atau produk. Brand awareness memang lebih mudah diraih melalui word of mouth marketing.

Berdasarkan pengalaman saya mengikuti dua buah kompetisi blog, yakni kompetisi menulis blog untuk British Council dan Toyota Kijang, terasa betapa topik yang terangkat bisa mengembang karena komentar dari pembaca maupun loncatan ide setelah membaca kembali isi blog yang saya tulis atau karena memberikan komentar di blog orang lain. Jadi nilai blog sebagai media sosial tidak akan hilang selama pengisi blog berusaha untuk terus objektif dan mengingat fungsi blognya sebagai media sosial. Keterlibatan langsung dalam topik yang diangkat akan membantu menguatkan otentisitas isi tulisan.

Sebagai konsumen tentunya keinginan untuk komunikasi antara konsumen dengan produsen, kejelasan informasi atas pelayanan purna jual, dan perasaan dihargai sebagai pemakai produk akan banyak mewarnai isi tulisan. Bagaimanapun kita tidak bisa melupakan bahwa blog lebih tinggi nilai subyektivitasnya. Justru disitu letak otentisitas sebuah tulisan di blog.

Kredibilitas, dalam pandangan pribadi saya, lebih terasa dalam asahan portal citizen journalism ataupun komunitas blogger. Dalam komunitas tidak ada blogger anonim, setidaknya anggota komunitas akan berusaha mengenal anggota lainnya. Ketika label anonim ditanggalkan (walaupun tetap tampil "tak dikenal" bagi pembaca baru) maka kredibilitas blogger lebih bisa dipertanggung-jawabkan. Harimau mati meninggalkan belang, manusia ingin pergi meninggalkan nama baik...Dalam sebuah komentar di blog saya, Vincent Maher, pengusung teori Citizen Journalism is Dead, mengingatkan betapa pentingnya untuk menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh media online yang sifatnya persisten bila fakta yang digunakan keliru. Dalam hal ini memang perlu disadari oleh para blogger bahwa kekeliruan tersebut juga bisa ikut mencoreng nama baik yang dimilikinya, dan goresan itu bisa bersifat lebih universal dan persisten. Ketika kredibilitas dibutuhkan, sifat anonim blogger terpaksa harus ditanggalkan!

Suara blogger bisa jadi akan lebih keras bergema, bukan sekedar dalam bidang pemasaran produk tapi juga di berbagai bidang seperti sosial dan politik...

2 comments:

Anonymous said...

Kalau blog serupa citizen reporter yang independen bermunculan, dengan kredibilitas penulis dan objectivitas berita, bukan tidak mungkin menantang media massa saat ini yang kadang malah.. secara implisit atau eksplisit menyuarakan golongan tertentu dan tidak lagi universal.

Salam,
Inge Sundoko

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

Hmm...saya lebih suka mengatakan bahwa media massa terpaksa harus lebih baik lagi dalam menyuarakan suara rakyat. Ada pembelajaran timbal balik antara media massa konvensional dengan media berbasis web 2.0, setidaknya ini yang sudah saya saksikan selama ini...semoga saja citizen journalism websites bisa terus bertahan!