Rabu, 30-04-2008 09:18:40 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Tidak ada yang lebih heboh daripada membawa tiga anak lelaki kecil naik busway dari Kebayoran ke Musium Bank Mandiri di Kota Tua. Pengalaman si kembar naik busway untuk pertama kali sudah cukup heboh, belum lagi pengalaman mereka dan kakaknya menjelajahi acara World Book Day 2008...lebih seru lagi!
Naik busway di hari Minggu ternyata selalu cukup padat penumpang. Mungkin karena adanya peraturan bebas mobil di jalan Sudirman, atau memang warga kota senang berjalan-jalan dengan bus way di hari Minggu. Salah satu anak kembar saya sempat berteriak: "Aduh, sakit dong!" ketika tangannya terjepit oleh seorang dari serombongan anak muda yang naik ke busway. Kepolosan anak-anak yang sangat spontan!
Tahun lalu saya bisa menikmati lebih banyak acara (lihat http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2214 dan http://khazanahpikir.blogspot.com/2007/05/indonesia-celebrates-world-book-day.html ) sebab anak-anak bisa dipulangkan terlebih dahulu mengingat letak pameran di Plasa Depdiknas cukup dekat dengan rumah orang tua saya. Tapi tahun ini acara World Book Day 2008 benar-benar menjadi acara khusus anak-anak karena kami memang datang pada hari khusus acara bersama keluarga.
Acara pertama yang mereka ikuti adalah membuat layang-layang bersama Komunitas Layang-layang Indonesia. Walaupun ini bukan pertama kalinya mereka membuat layang-layang, tetap saja mereka girang bukan main mendapat kesempatan membuat layang-layang dan menerbangkan layangan buatan sendiri.
Walaupun sudah pernah mengunjungi Museum Bank Mandiri sebelumnya, ternyata saya juga masih cukup kebingungan dengan orientasi arah di selasar-selasar bangunan itu. Alhasil kami naik melalui tangga, tidak heran anak-anak sedikit mengeluh kecapaian. Sang kakak yang lelah naik tangga memutuskan kembali ke bawah untuk meneruskan nonton film "The Little Prince". Kemudian si kembar berkunjung ke gerai Reading Bugs, sementara ibunya keliling sebentar sendirian. Rupanya film "The Little Prince" sudah berakhir sebelum kami kembali ke bawah, dan si kakak yang sudah cukup besar (kelas 4 SD) menangis kebingungan kehilangan ibu dan adik-adiknya. Beruntung seorang teman dari Komunitas Layang-layang Indonesia membantu menelpon saya yang memang sedang mencarinya ke kelas aksara tempat pemutaran film tersebut. Wah, rasanya memang benar-benar berada di tengah komunitas yang penuh dengan rasa kekeluargaan.
Setelah memiliki tambahan tenaga setelah bersantap makan siang di salah satu gerai makanan yang tersedia, kami kembali lagi ke lantai atas (kali ini sudah tahu letak lift). Anak-anak langsung mulai lagi dengan eksplorasinya. Sementara yang kecil bergabung dengan teman-teman lain yang membuat origami di Forum Komunikasi Sitimulyo, sang kakak belajar cara menulis huruf Braille di Yayasan Mitra Netra.
Kemampuan cerna anak memang menakjubkan, dengan mudah dia memahami instruksi untuk membuat tusukan Braille agar dapat dibaca dengan benar dari halaman sebaliknya. Saya juga melihat buku-buku yang sudah diterjemahkan ke dalam huruf Braille, maupun yang dibuat dalam bentuk audio. Buku antologi puisi (lihat http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=6078) yang tidak terlalu tebal ternyata menjadi tiga buah buku dalam cetakan Braille. Tidak heran harga buku cetak Braille jauh lebih mahal dari buku biasa!
Suasana di Forum Komunikasi Sitimulyo terasa sangat akrab bagi anak-anak. Forum ini memang merupakan wadah dari berbagai komunitas yang berada di daerah Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta yang mengelola sanggar anak. Organisasi ini berdiri dengan tujuan sebagai forum diskusi/dialog antar antar komunitas pada bulan Januari 2008, dan saat ini sudah ada 12 sanggar anak yang tergabung. Rupanya kebiasaan mereka untuk akrab dengan anak bisa terasa oleh anak-anak sehingga sulit untuk mengajak mereka pulang.
Banyak juga pengunjung yang berkeliaran dengan pakaian yang cukup menarik perhatian anak-anak, rupanya mereka dari komunitas pengagum Harry Potter. Di ruang sebelah lamat-lamat terdengar perbincangan kelompok pengagum Star Trek yang membicarakan ciri khas telinga Mr. Spock yang menarik perhatian penggemar.
Saya sendiri sempat berjalan-jalan lagi tapi tidak menyambangi gerai Blogfam dan Sokola karena di depan area mereka banyak pengunjung yang ramai dengan acara bermain Yo-yo. Saya cukup beruntung karena mendapatkan buku Jurnalisme Komunitas dan CD Majalah Multimedia dari VHRmedia.com. Buku Jurnalisme Komunitas memang lebih banyak membahas tentang Radio Komunitas tapi di dalamnya juga ada pembahasan mengenai etika siaran dan kode etik jurnalistik. Lumayan untuk menambah ilmu jurnalistik!
Pasti masih banyak lagi yang terdapat dan terjadi di acara-acara World Book Day 2008, terutama dari kegiatan Forum dan kegiatan Komunitas di hari-hari sebelumnya. Semoga tahun depan kegiatan ini lebih bergaung lagi!
No comments:
Post a Comment