Buah pena or fruit of the pen was started as an online diary of a citizen reporter. Time goes by, and I think being just a blogger is nicer than being a citizen reporter. Yet, it is important to keep a balancing diary. Online diary is kind of reporting too. So, I keep on doing my self experiment on living in the cyber space.
Monday, 24 November 2008
Enlarging Network, Enhancing Solidarity (1)
Pesta Blogger 2008 was a real big party. 1500 bloggers enlisted, but I don't think they were all showing up that Saturday. I was having a flu for more than a week, so I decided to go to the doctor for medicine on Thursday...It helped, I did enjoy the party although I could not really going around, chatting with others as usual. I was mostly busy with my nose...he..he..he...
They've made a whole day party, and then on my way back (by busway) I got stuck in Blok M station for almost an hour. That made my three sons protested (not to mention their keeper...my mom and dad). We drove back to Serpong that night because in the morning we need to go to the Sunday school. I skipped helping the Sunday School's activities since my grandmother passed away, mostly because we spent our week-ends in my parents' house...but I do need to be more responsible...so we drove back that night.
Perhaps I was too tired lately. It's been two months since I'm without any helper at home, and also because of the bad weather...And today is the worst. I have to forget about making an article for OhmyNews International. I need my time to take a good rest, but perhaps I can blog a little bit :)
I think we can't expect much from a party...it's a party, time to enjoy the event, to meet friends and new friends. That's why I like to compare it with the Indonesian wedding party.
What I like about this year's event is the chance to know a little bit about bloggers' community around Indonesia, and of course...the presence of the five international bloggers.
It was a bit surprising to see the booth of the US Embassy, they were offering Green Card - the US Diversity Visa Lottery. I asked the lady who is giving away some brochures about this lottery, and she kindly asked me back: "Would you like to register?" I said politely: "No, thank you," but actually my mind is racing around. "Why are they campaigning for visa lottery here?" I remembered the article I've read that the racist incidents were increasing after Obama was elected as the President of the USA. Non Caucasian immigrants' number is already increased, and if it keeps going up...then in the year 2040 there will be different story of majority. So, why do they need to promote their -free to register- visa lottery? Another question that popped in my mind was the consequences of taking this lottery. I saw some youngsters gathered there, took their pictures and register themselves. I wonder if their registration would do no harm to their visa application in the future. Being young,sometimes people do what their peers do, without asking the detailed consequences of their acts in the future, nor even think of its possibility. Actually I don't know anything about visa to go to US, except that it is difficult to get, and it is expensive...And green card? No idea...
Another surprised that came to me was the fact that the auditorium for the discussion session should be shared for three groups. It was a little bit annoying, but the discussion seemed so much better than last year's session. The topics available were all interesting, but we have to choose...
I joined the citizen journalism group which was talking about ethics and the boundary of writing a blog. We had Budi Putra, an professional journalist who turned to be the first Indonesian full time blogger, and Pepih Nugraha, a professional journalist from Kompas daily as our speakers.
When Budi Putra started his talk, he mentioned about a law suit that came across a citizen reporter. He mentioned about how important it is to check and rechecking data, to have all the important facts checked and ready to defend the article, as it is how a journalist work. Writing news is easy, but having the access to the right resources is more important there. Blog in his view should come back to its essence; something unique, personal, and worth reading. Every person is unique, and they have their own unique experiences. When a blogger write something that they really like, a subject in which he/she has the expertise, then the content of the blog is going to show "something".
To be continued.
Sunday, 23 November 2008
Pesta Blogger 2008: Galang Persatuan dan Tawarkan Keramahan
Minggu, 23-11-2008 11:11:13 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Kemarin (22 November 2008) di gedung BPPT II telah dilaksanakan Pesta Blogger 2008. Pesta yang sedikit terundur dari hari Blogger Nasional (27 Oktober) ini menghadirkan peserta yang jauh lebih besar dari Pesta Blogger 2007. Jumlah blogger Indonesia yang terlibat dalam pesta kali ini jauh lebih besar dari yang hadir di gedung BPPT II karena sebelumnya di Bali dan Jogjakarta komunitas lokal blogger sudah memulai perhelatan dengan menjadi tuan rumah bagi lima orang blogger internasional yang diundang panitia.
Wicaksono, yang lebih dikenal sebagai Ndoro Kakung di ranah blog, menyatakan kegembiraannya karena blogger-blogger melalui kegiatan dengan komunitas blog masing-masing sudah menunjukkan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar. Hal ini sangat sesuai dengan tema yang diusung oleh Pesta Blogger tahun ini: Blogging for Society.
Tahun ini Pesta Blogger memberikan penghargaan Blogging for Society Award 2008 bagi komunitas blogger yang dinilai telah menggunakan kekuatan blog secara maksimal, menunjukkan konsistensi mereka dalam berkiprah di ranah blog, serta memiliki serangkaian aktivitas sosial sepanjang tahun 2008.
Cukup banyak komunitas blogger yang mendaftar ke panitia, dan dari kehadiran beragam komunitas ini dalam Pesta Blogger 2008 mengingatkan Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Aplikasi Telematika, akan semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan 80 tahun lalu. Mewakili Menkominfo, Cahyana memberikan sambutannya dan mengharapkan kedepannya blogger Indonesia bukan hanya Blogging for Society, tapi juga sudah lebih luas lagi menjadi Blogging for Humanity.
Beliau juga memuji kesigapan blogger Indonesia, Enda Nasution, yang dengan cepat mengabari wordpress akan kehadiran blog yang bisa memicu terjadi keributan antar umat beragama itu, sehingga blog tersebut ditutup.
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, mengingatkan kembali akan kesamaan pemetaan blog dan demokrasi. Tetapi beliau juga menekankan kembali kalimat terkahir dalam janji Menkominfo, Muhammad Nuh setahun yang lalu: “Selama saya jadi menteri tidak akan ada (blogger) yang ditangkap, selama tidak melanggar peraturan dan undang-undang.”
Keberagaman blog yang mengupas mulai dari teknologi, ekonomi, maupun sosial politik, tentunya akan memperkaya pengetahuan. Menarik mendengarkan ungkapan Menristek bahwa blog, seperti juga yang bisa dilihat di dalam kamus, bukan sekedar kata benda tetapi juga kata kerja. Bagi saya terjemahannya berarti blogging for society (mungkin lebih akrab: nge’blog’ bagi masyarakat) bukan sekedar mengisi blog sebagai benda, tetapi juga secara serius mengerjakan sesuatu atau memberikan sesuatu yang berharga bagi masyarakat.
Karena itu penghargaan yang diberikan kepada komunitas blogger tahun ini terasa menyemangati untuk lebih giat lagi memberikan manfaat bagi masyarakat. Blogging for Society Award 2008 diberikan kepada Cahandong dari Jogjakarta. Sementara itu The most promising Blogger Community 2008 diberikan kepada Bali Blogger Community. Sebuah penghargaan khusus berupa HP Nokia N95 diberikan kepada Gage Batubara yang membuat desain logo Pesta Blogger 2008. Untuk Photo Contest 2008, pemenang I dimenangkan oleh Raiyani Muharramah dengan karya “Ke Museum Wayang, Yuk!” dan pemenang II adalah I Gusti Ngurah Pradnyana dengan foto “Bertiga Satu Tujuan” (Pemenang III mohon nanti di periksa di portal Pesta Blogger 2008).
Lebih banyak wajah baru yang muncul, walaupun tetap ada beberapa wajah yang saya kenal dari perjumpaan di Pesta Blogger 2007. Tahun ini Maylaffayza menghadirkan lebih banyak lagu dari biolanya, bahkan juga memperdengarkan alunan suaranya. Kecanggihan permainan biolanya membuat permintaan untuk berfoto bersamanya tampaknya tidak henti mengalir. Ada pula blogger kreatif yang tampil seru dengan kostum twitternya.
Kesan Blogger Tamu
Bila tahun lalu di ranah blog sempat terdengar kekecewaan blogger asing (pemerhati Indonesia) yang merasa di anak tirikan, maka tahun ini secara khusus, dengan dukungan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, didatangkan lima orang blogger asing untuk mengikuti acara Blogging Trip dari tanggal 17 – 21 November 2008.
Kelima blogger ini, Mark Tafoya dari Amerika Serikat, Anthony Bianco dari Australia, Jeff Ooi dari Malaysia, Mike Aquino dari Filipina, Mr. Brown dari Singapura, tampaknya sepakat bahwa keramah-tamahan dan kehangatan sambutan orang Indonesia yang sangat menarik bagi mereka. Kekayaan budaya dan adat istiadat Indonesia yang sangat beraneka ragam sebelumnya tidak terbayangkan oleh mereka. Bagi Mr. Brown, dengan kiat marketing yang lebih baik, infra-struktur yang menunjang, serta informasi yang lebih meluas maka Indonesia bisa menggali potensi wisatanya dengan lebih baik. Hal lain yang sempat dikomentarinya adalah lambatnya koneksi internet di Indonesia. Dengan potensi blogger yang sedemikian besar, menurutnya tinggal meningkatkan sarana yang ada agar bisa mengembangkan eksistensi komunitas blogger untuk membawa nama Indonesia di kancah internasional. Tentu saja peran bahasa Inggris atau bridge blogger dalam hal ini sangat diperlukan.
Kesan-kesan mereka secara mendetail akan lebih terbaca di blog mereka masing-masing. Satu hal yang saya tangkap dari tampilan foto-foto yang mereka tangkap di Bali, dan Jogja yang dipresentasikan di depan undangan lain, serta penampilan di blog mereka adalah pentingnya menguasai teknologi dan menggunakan bahasa gambar untuk menarik minat yang lebih besar untuk mengunjungi Indonesia. Menurut saya, koneksi internet yang lambat membuat mahalnya biaya yang diperlukan untuk menampilkan gambar-gambar menarik itu di blog, sehingga bisa jadi hal ini yang mengurangi tampilan foto di blog.
Pesta tentu saja selalu terasa meriah, bahkan kali ini juga bertaburan hadiah (Dua orang kontributor Wikimu, Eryawan dan Yunus Bani Sadar, termasuk kelompok orang-orang beruntung yang mendapatkan door prize). Tetapi dari acara sesi diskusi pararel selain saling bertukar informasi dan menambah ilmu, juga muncul keinginan untuk lebih meningkatkan rasa setia kawan sebagai sesama blogger sambil ikut berpartisipasi dalam memberikan arti kepada masyarakat. Satu hal lain yang menarik bagi blogger muda adalah tawaran Bloggership dari Microsoft. Tawaran yang terbuka untuk menjadi kandidat Bloggership ini terbuka untuk blogger sampai tanggal 15 Desember 2008 (lebih jelasnya hubungi hanny@maverick.co.id atau baca di portal Pesta Blogger).
Sudah dua kali Pesta Blogger tersalenggara, selama dua tahun kita sudah banyak belajar dan memperluas pertemanan. Sambil mencoba nge'blog' yang berguna untuk masyarakat, meningkatkan kemampuan komunikasi (tertulis), dan berharap lebih meningkatkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Kanal: Peristiwa
Kemarin (22 November 2008) di gedung BPPT II telah dilaksanakan Pesta Blogger 2008. Pesta yang sedikit terundur dari hari Blogger Nasional (27 Oktober) ini menghadirkan peserta yang jauh lebih besar dari Pesta Blogger 2007. Jumlah blogger Indonesia yang terlibat dalam pesta kali ini jauh lebih besar dari yang hadir di gedung BPPT II karena sebelumnya di Bali dan Jogjakarta komunitas lokal blogger sudah memulai perhelatan dengan menjadi tuan rumah bagi lima orang blogger internasional yang diundang panitia.
Wicaksono, yang lebih dikenal sebagai Ndoro Kakung di ranah blog, menyatakan kegembiraannya karena blogger-blogger melalui kegiatan dengan komunitas blog masing-masing sudah menunjukkan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar. Hal ini sangat sesuai dengan tema yang diusung oleh Pesta Blogger tahun ini: Blogging for Society.
Tahun ini Pesta Blogger memberikan penghargaan Blogging for Society Award 2008 bagi komunitas blogger yang dinilai telah menggunakan kekuatan blog secara maksimal, menunjukkan konsistensi mereka dalam berkiprah di ranah blog, serta memiliki serangkaian aktivitas sosial sepanjang tahun 2008.
Cukup banyak komunitas blogger yang mendaftar ke panitia, dan dari kehadiran beragam komunitas ini dalam Pesta Blogger 2008 mengingatkan Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Aplikasi Telematika, akan semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan 80 tahun lalu. Mewakili Menkominfo, Cahyana memberikan sambutannya dan mengharapkan kedepannya blogger Indonesia bukan hanya Blogging for Society, tapi juga sudah lebih luas lagi menjadi Blogging for Humanity.
Beliau juga memuji kesigapan blogger Indonesia, Enda Nasution, yang dengan cepat mengabari wordpress akan kehadiran blog yang bisa memicu terjadi keributan antar umat beragama itu, sehingga blog tersebut ditutup.
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, mengingatkan kembali akan kesamaan pemetaan blog dan demokrasi. Tetapi beliau juga menekankan kembali kalimat terkahir dalam janji Menkominfo, Muhammad Nuh setahun yang lalu: “Selama saya jadi menteri tidak akan ada (blogger) yang ditangkap, selama tidak melanggar peraturan dan undang-undang.”
Keberagaman blog yang mengupas mulai dari teknologi, ekonomi, maupun sosial politik, tentunya akan memperkaya pengetahuan. Menarik mendengarkan ungkapan Menristek bahwa blog, seperti juga yang bisa dilihat di dalam kamus, bukan sekedar kata benda tetapi juga kata kerja. Bagi saya terjemahannya berarti blogging for society (mungkin lebih akrab: nge’blog’ bagi masyarakat) bukan sekedar mengisi blog sebagai benda, tetapi juga secara serius mengerjakan sesuatu atau memberikan sesuatu yang berharga bagi masyarakat.
Karena itu penghargaan yang diberikan kepada komunitas blogger tahun ini terasa menyemangati untuk lebih giat lagi memberikan manfaat bagi masyarakat. Blogging for Society Award 2008 diberikan kepada Cahandong dari Jogjakarta. Sementara itu The most promising Blogger Community 2008 diberikan kepada Bali Blogger Community. Sebuah penghargaan khusus berupa HP Nokia N95 diberikan kepada Gage Batubara yang membuat desain logo Pesta Blogger 2008. Untuk Photo Contest 2008, pemenang I dimenangkan oleh Raiyani Muharramah dengan karya “Ke Museum Wayang, Yuk!” dan pemenang II adalah I Gusti Ngurah Pradnyana dengan foto “Bertiga Satu Tujuan” (Pemenang III mohon nanti di periksa di portal Pesta Blogger 2008).
Lebih banyak wajah baru yang muncul, walaupun tetap ada beberapa wajah yang saya kenal dari perjumpaan di Pesta Blogger 2007. Tahun ini Maylaffayza menghadirkan lebih banyak lagu dari biolanya, bahkan juga memperdengarkan alunan suaranya. Kecanggihan permainan biolanya membuat permintaan untuk berfoto bersamanya tampaknya tidak henti mengalir. Ada pula blogger kreatif yang tampil seru dengan kostum twitternya.
Kesan Blogger Tamu
Bila tahun lalu di ranah blog sempat terdengar kekecewaan blogger asing (pemerhati Indonesia) yang merasa di anak tirikan, maka tahun ini secara khusus, dengan dukungan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, didatangkan lima orang blogger asing untuk mengikuti acara Blogging Trip dari tanggal 17 – 21 November 2008.
Kelima blogger ini, Mark Tafoya dari Amerika Serikat, Anthony Bianco dari Australia, Jeff Ooi dari Malaysia, Mike Aquino dari Filipina, Mr. Brown dari Singapura, tampaknya sepakat bahwa keramah-tamahan dan kehangatan sambutan orang Indonesia yang sangat menarik bagi mereka. Kekayaan budaya dan adat istiadat Indonesia yang sangat beraneka ragam sebelumnya tidak terbayangkan oleh mereka. Bagi Mr. Brown, dengan kiat marketing yang lebih baik, infra-struktur yang menunjang, serta informasi yang lebih meluas maka Indonesia bisa menggali potensi wisatanya dengan lebih baik. Hal lain yang sempat dikomentarinya adalah lambatnya koneksi internet di Indonesia. Dengan potensi blogger yang sedemikian besar, menurutnya tinggal meningkatkan sarana yang ada agar bisa mengembangkan eksistensi komunitas blogger untuk membawa nama Indonesia di kancah internasional. Tentu saja peran bahasa Inggris atau bridge blogger dalam hal ini sangat diperlukan.
Kesan-kesan mereka secara mendetail akan lebih terbaca di blog mereka masing-masing. Satu hal yang saya tangkap dari tampilan foto-foto yang mereka tangkap di Bali, dan Jogja yang dipresentasikan di depan undangan lain, serta penampilan di blog mereka adalah pentingnya menguasai teknologi dan menggunakan bahasa gambar untuk menarik minat yang lebih besar untuk mengunjungi Indonesia. Menurut saya, koneksi internet yang lambat membuat mahalnya biaya yang diperlukan untuk menampilkan gambar-gambar menarik itu di blog, sehingga bisa jadi hal ini yang mengurangi tampilan foto di blog.
Pesta tentu saja selalu terasa meriah, bahkan kali ini juga bertaburan hadiah (Dua orang kontributor Wikimu, Eryawan dan Yunus Bani Sadar, termasuk kelompok orang-orang beruntung yang mendapatkan door prize). Tetapi dari acara sesi diskusi pararel selain saling bertukar informasi dan menambah ilmu, juga muncul keinginan untuk lebih meningkatkan rasa setia kawan sebagai sesama blogger sambil ikut berpartisipasi dalam memberikan arti kepada masyarakat. Satu hal lain yang menarik bagi blogger muda adalah tawaran Bloggership dari Microsoft. Tawaran yang terbuka untuk menjadi kandidat Bloggership ini terbuka untuk blogger sampai tanggal 15 Desember 2008 (lebih jelasnya hubungi hanny@maverick.co.id atau baca di portal Pesta Blogger).
Sudah dua kali Pesta Blogger tersalenggara, selama dua tahun kita sudah banyak belajar dan memperluas pertemanan. Sambil mencoba nge'blog' yang berguna untuk masyarakat, meningkatkan kemampuan komunikasi (tertulis), dan berharap lebih meningkatkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Wednesday, 19 November 2008
Pesta Blogger 2008 is already started...
Indonesia has a tradition of partying for several days. Pesta Blogger Indonesia 2008 seems to take this tradition to enlarge the crowd. The chairman of PB 2008 in his blog mentioned the five international bloggers who came and join this party. There are five bloggers; Mike Aquino (the Philippines), Jeff Ooi (Malaysia), Mr. Brown (Singapore), Mark Tafoya (USA), and Anthony Bianco (Australia).
It seems that they do have different way of blogging. One of them, Mr. Brown from Singapore, seems to use the daily journal type. It does help me to see how he experienced Indonesia. Others are not really writing their journey. There are formal introduction about Pesta Blogger in Indonesia, but the experience is yet to come...
Anyway, I would also be the one who prefer to feel and enjoy the trip before writing down my experience. Yet, it is nice to read short postings, or see pictures or video (I've got to admit I didn't view the video yet). A posting in the official Pesta Blogger 2008 website is also presenting a complete story of the journey (in Bahasa Indonesia).
So, they were experiencing Bali, and Jogjakarta...we'll see them this Saturday in Jakarta. There will be about 1000 bloggers interested to attend the party...a very crowded party just like the usual big wedding party in Jakarta. Only this time, other than the five guests do need to pay for entrance fee (Rp. 50.000,-), hope it is for the blogging for society cause.
It seems that they do have different way of blogging. One of them, Mr. Brown from Singapore, seems to use the daily journal type. It does help me to see how he experienced Indonesia. Others are not really writing their journey. There are formal introduction about Pesta Blogger in Indonesia, but the experience is yet to come...
Anyway, I would also be the one who prefer to feel and enjoy the trip before writing down my experience. Yet, it is nice to read short postings, or see pictures or video (I've got to admit I didn't view the video yet). A posting in the official Pesta Blogger 2008 website is also presenting a complete story of the journey (in Bahasa Indonesia).
So, they were experiencing Bali, and Jogjakarta...we'll see them this Saturday in Jakarta. There will be about 1000 bloggers interested to attend the party...a very crowded party just like the usual big wedding party in Jakarta. Only this time, other than the five guests do need to pay for entrance fee (Rp. 50.000,-), hope it is for the blogging for society cause.
Mengintip Istana Merdeka dan Gedung Putih
Senin, 17-11-2008 15:45:30 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Judul artikel ini memang ‘mengintip’, karena rasanya saya hanya sempat melongok sebentar dan keluar lagi. Waktu yang lebih lama habis di halaman parkir. Waktu inipun tidak efektif terpakai karena panas yang menyengat membuat teman-teman Wikimu berkelompok di bawah tenda-tenda yang tersedia, sehingga harus lebih rajin menyambangi dan kenalan ke beberapa tenda untuk mencocokkan antara wajah di wikimu (dan imajinasi saya) dengan aslinya.
Walaupun Istana Merdeka berwarna putih, tetapi yang saya maksud dengan Gedung Putih adalah The White House di Amerika. Penasaran? Simak saja tulisan ini…
Sehari sebelumnya di rumah sudah terjadi kehebohan kecil. Si kembar ingin ikut ke istana, tapi saya tolak dengan alasan hanya anak kelas 5 SD (usia kakaknya) yang boleh masuk istana. Mereka ngambek dan menyembunyikan kartu perpustakaan kakaknya yang akan saya jadikan pengganti kartu pelajar. Pada hari ‘H’, terpaksa mereka sedikit dikecoh sehingga saya dan Ray, putra tertua saya, bisa ‘aman’ meninggalkan mereka di rumah kakek dan neneknya.
Menunggu terasa membosankan, bahkan bagi saya yang masih bisa bertegur sapa ke sana kemari. Tidak heran beberapa anak yang ikut kemudian menjadi rewel ingin pulang saja. Anak temanku dengan gemas berkata, “Ayo ibu, pulang saja. Mau masuk istana saja kok susah banget!” Tentu saja kami tersenyum mendengarnya. “Nanti kalau Bayu yang jadi presiden, dipikirkan ya bagaimana supaya rakyat yang mau lihat istana tidak usah capek,” jawab saya menghiburnya (Nama anaknya kebetulan memang Bayu, jadi bukan nama mas admin wikimu yang tersohor. Tapi hak jadi presiden bisa buat siapa saja kok…). Maklum, dia dan keluarganya sudah ada di sana sejak menjelang pukul delapan pagi.
Saya termasuk rombongan wikimu 4, rombongan terakhir dari Wikimu yang memasuki istana. Bukan hanya petugas yang bisa bikin aturan, ternyata rakyat juga suka membuat aturan sendiri. Ketika kami baru memasuki ruangan untuk melihat film pengantar kunjungan, pemandu meminta kami mengisi barisan di kiri ruangan terlebih dahulu. Baru saja duduk, ibu-ibu yang duduk di depan kami meminta kami pindah dengan alasan tempat duduk itu khusus untuk rombongan (mereka). Baru merasakan nyamannya pendingin udara di dalam ruangan, membuat saya tidak ingin bertengkar mengenai kursi. Toh, nanti kami juga harus berdiri lagi…
Sayang sekali kami tidak boleh memotret, selain dipotret di tangga depan istana Merdeka oleh pemotret istana. Banyak hal menarik yang sebenarnya mencuri perhatian saya.
Mesjid Baiturrahim, yang katanya pada hari Jumat terbuka untuk masyarakat ingin yang ingin sholat Jumat di sana, menarik saya dengan tampilan kubahnya. Pada bagian bawah kubah tampak kelopak-kelopak bunga yang biasanya ada di patung-patung dari candi kita. Teratai yang menjadi simbol kemurnian, kesucian, dan pengharapan akan kehidupan yang baru setiap hari, menjadi salah satu elemen dekoratif yang dipakai arsitek Indonesia R.M. Soedarsono dalam pembangunan mesjid mungil ini.
Memasuki Istana Merdeka, saya segera tertarik dengan bebagai benda seni yang terpajang disana. Di tembok istana, yang menurut pemandu tidak pernah diubah sejak zaman Belanda kecuali lambang negara yang berada di puncak empat buah cermin yang menghiasi Ruang Kredensial ini, terlihat ornamen bergambar ikan dengan wajah naga yang saling bersilangan. Di bagian atas ornamen itu terlihat gambar burung, yang kemungkinan besar burung elang. Saya selalu tertarik dengan simbol-simbol seperti ini, dan sesungguhnya ingin tahu apakah ornamen ini juga berasal dari arsitek Belanda, Drossaers, atau bahkan berasal dari sejak masih menjadi rumah biasa milik JA van Braam (1796).
Yang pernah saya dengar, istana Bogor memiliki lebih banyak lagi koleksi benda seni. Tapi disini saya merasa sudah cukup senang bisa melihat sedikit dari kekayaan koleksi negara ini. Patung pengantin karya F. Widayanto mengucapkan selamat datang kepada kami yang baru memasuki istana, lalu koleksi lain seperti keramik kuno, dan lukisan-lukisan pelukis terkenal seperti Basoeki Abdullah dan Raden Saleh. Ada juga lukisan Gajah Mada karya Henk Ngantung, pelukis dan budayawan yang pernah menjadi gubernur Jakarta pada periode 1964-1965. Atau lukisan pelukis istana Harijadi yang menggambarkan wajah Tuanku Imam Bonjol.
Tentu saja saya tidak boleh berlama-lama di dalam istana, karena saya bisa tertinggal rombongan lainnya. Di halaman tengah istana saya terpesona melihat patung Pertapa Tua karya Bambang Krisyono, juga sebuah patung ibu dan anak yang tampaknya sedang belajar. Patung yang ini saya tidak tahu karya siapa, karena posisi pemandu agak jauh dari saya sehingga sulit bagi saya untuk bertanya. Ada juga sebuah patung batu berasal dari candi abad ke IX yang menggambarkan Dhyani Bodisatva.
Pemandu kelompok kami adalah seorang Polisi Wanita yang cantik dan ramah bernama Selvi. Hari itu kebetulan kelompok kami menjadi rombongan pertama yang harus dipandunya, tapi pernah juga dia harus memandu lima kali dalam satu hari. Terbayang betapa penatnya, karena yang diterangkan tentunya harus sama. Tidak seperti di Museum Nasional yang memungkinkan pemandu berganti topik atau memilih benda pamer yang berbeda untuk dijelaskan.
Sejak dibuka akhir bulan Mei 2008 ini memang gairah masyarakat untuk mengenal istana lebih dekat terasa tinggi, paling kurang seribu orang dalam satu hari kunjungan, bahkan kunjungan pernah mencapai seribu enam ratus orang dalam satu hari. Biasanya hari Sabtu jauh lebih padat kunjungan daripada hari Minggu. Tapi Minggu pagi kemarin, rombongan dari luar kota berdatangan sehingga terasa sekali kepadatannya.
Sistem masuk yang siapa datang terlebih dahulu dan mendaftar di tempat memang lebih menyenangkan bagi orang-orang yang suka datang dadakan. Beberapa tahun yang lalu saya pernah ke Istana Bogor dan tidak bisa masuk karena tidak mendaftar terlebih dahulu ke Sekretariat Negara.
Indonesia memang memiliki lima buah istana kepresidenan yaitu di Jakarta, Bogor, Cipanas, Jogjakarta, dan Tampaksiring (Bali). Yang dahulu saya ketahui boleh dimasuki umum dengan mendaftar dan pemeriksaan melalui Sekretariat Negara adalah istana Bogor dan istana Cipanas.
Tetapi bagi pengunjung dadakan ini biasanya juga tidak terlalu mengerti aturan baku istana. Tampaknya akan lebih bijaksana untuk mengizinkan masyarakat masuk asal berpakaian rapi dan pantas untuk masuk. Dengan demikian turis asing backpackers yang ingin masuk ke istana juga bisa masuk, asal bersedia antri lama.
Teman-teman yang tidak berhasil masuk ke dalam istana membuat saya penasaran dengan kebiasaan secara universal dalam mengunjungi bangunan yang teramat penting bagi negara ini. Karena merasa tidak berpengalaman memasuki gedung istimewa yang sehari-harinya dihuni pemimpin negara, maka saya mencoba mengunjungi web site Gedung Putih, dan menemukan sebuah link yang lebih detail menjelaskan tentang kunjungan ke Gedung Putih. Yang memandu perjalanan di Ruang Oval bahkan mantan presiden George W. Bush sendiri, mungkin karena link ini memang portal Presiden George W. Bush. Beliau banyak menjelaskan tentang lukisan yang kebanyakan berkisah tentang Texas, daerah asalnya yang juga akan menjadi tempatnya selepas menjadi Presiden Amerika Serikat.
Tampaknya untuk kunjungan ke Gedung Putih di dunia nyata pakaian tidak menjadi perhatian utama. Hanya jenis barang bawaan sangat diperhatikan, walaupun payung ternyata masih tetap boleh dibawa.
Tetapi ada satu hal penting yang biasanya saya perhatikan, tetapi kemarin terlupakan karena pesona karya para maestro di dalam aura Istana. Hal itu adalah fasilitas bagi orang dengan kemampuan berbeda. Di Gedung Putih, fasilitas ini tersedia bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus secara fisik, pendengaran yang berbeda, maupun yang memiliki penglihatan yang berbeda. Saya rasa seharusnya Istana Merdeka memiliki fasilitas serupa, bukankah kita pernah memiliki Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dan Ibu negara Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid? Mereka pernah bertempat tinggal di dalam istana Merdeka. Yang jelas, tidak terdapat fasilitas khusus kamar kecil bagi pengunjung berkebutuhan khusus di ruangan penerima dimana kami dipersilahkan memakai fasilitas kamar kecil. Kebetulan kemarin saya juga tidak melihat pengunjung dengan kriteria berkebutuhan khusus.
Perjalanan ke bangunan tua selalu menarik perhatian saya, apalagi sebuah kunjungan ke Istana Merdeka yang baru pertama kali ini saya kunjungi. Sebuah kunjungan yang membuat saya tertarik menyambangi Gedung Putih melalui dunia maya. Semoga istana untuk rakyat ini tetap akan terbuka untuk rakyat.
Kanal: Peristiwa
Judul artikel ini memang ‘mengintip’, karena rasanya saya hanya sempat melongok sebentar dan keluar lagi. Waktu yang lebih lama habis di halaman parkir. Waktu inipun tidak efektif terpakai karena panas yang menyengat membuat teman-teman Wikimu berkelompok di bawah tenda-tenda yang tersedia, sehingga harus lebih rajin menyambangi dan kenalan ke beberapa tenda untuk mencocokkan antara wajah di wikimu (dan imajinasi saya) dengan aslinya.
Walaupun Istana Merdeka berwarna putih, tetapi yang saya maksud dengan Gedung Putih adalah The White House di Amerika. Penasaran? Simak saja tulisan ini…
Sehari sebelumnya di rumah sudah terjadi kehebohan kecil. Si kembar ingin ikut ke istana, tapi saya tolak dengan alasan hanya anak kelas 5 SD (usia kakaknya) yang boleh masuk istana. Mereka ngambek dan menyembunyikan kartu perpustakaan kakaknya yang akan saya jadikan pengganti kartu pelajar. Pada hari ‘H’, terpaksa mereka sedikit dikecoh sehingga saya dan Ray, putra tertua saya, bisa ‘aman’ meninggalkan mereka di rumah kakek dan neneknya.
Menunggu terasa membosankan, bahkan bagi saya yang masih bisa bertegur sapa ke sana kemari. Tidak heran beberapa anak yang ikut kemudian menjadi rewel ingin pulang saja. Anak temanku dengan gemas berkata, “Ayo ibu, pulang saja. Mau masuk istana saja kok susah banget!” Tentu saja kami tersenyum mendengarnya. “Nanti kalau Bayu yang jadi presiden, dipikirkan ya bagaimana supaya rakyat yang mau lihat istana tidak usah capek,” jawab saya menghiburnya (Nama anaknya kebetulan memang Bayu, jadi bukan nama mas admin wikimu yang tersohor. Tapi hak jadi presiden bisa buat siapa saja kok…). Maklum, dia dan keluarganya sudah ada di sana sejak menjelang pukul delapan pagi.
Saya termasuk rombongan wikimu 4, rombongan terakhir dari Wikimu yang memasuki istana. Bukan hanya petugas yang bisa bikin aturan, ternyata rakyat juga suka membuat aturan sendiri. Ketika kami baru memasuki ruangan untuk melihat film pengantar kunjungan, pemandu meminta kami mengisi barisan di kiri ruangan terlebih dahulu. Baru saja duduk, ibu-ibu yang duduk di depan kami meminta kami pindah dengan alasan tempat duduk itu khusus untuk rombongan (mereka). Baru merasakan nyamannya pendingin udara di dalam ruangan, membuat saya tidak ingin bertengkar mengenai kursi. Toh, nanti kami juga harus berdiri lagi…
Sayang sekali kami tidak boleh memotret, selain dipotret di tangga depan istana Merdeka oleh pemotret istana. Banyak hal menarik yang sebenarnya mencuri perhatian saya.
Mesjid Baiturrahim, yang katanya pada hari Jumat terbuka untuk masyarakat ingin yang ingin sholat Jumat di sana, menarik saya dengan tampilan kubahnya. Pada bagian bawah kubah tampak kelopak-kelopak bunga yang biasanya ada di patung-patung dari candi kita. Teratai yang menjadi simbol kemurnian, kesucian, dan pengharapan akan kehidupan yang baru setiap hari, menjadi salah satu elemen dekoratif yang dipakai arsitek Indonesia R.M. Soedarsono dalam pembangunan mesjid mungil ini.
Memasuki Istana Merdeka, saya segera tertarik dengan bebagai benda seni yang terpajang disana. Di tembok istana, yang menurut pemandu tidak pernah diubah sejak zaman Belanda kecuali lambang negara yang berada di puncak empat buah cermin yang menghiasi Ruang Kredensial ini, terlihat ornamen bergambar ikan dengan wajah naga yang saling bersilangan. Di bagian atas ornamen itu terlihat gambar burung, yang kemungkinan besar burung elang. Saya selalu tertarik dengan simbol-simbol seperti ini, dan sesungguhnya ingin tahu apakah ornamen ini juga berasal dari arsitek Belanda, Drossaers, atau bahkan berasal dari sejak masih menjadi rumah biasa milik JA van Braam (1796).
Yang pernah saya dengar, istana Bogor memiliki lebih banyak lagi koleksi benda seni. Tapi disini saya merasa sudah cukup senang bisa melihat sedikit dari kekayaan koleksi negara ini. Patung pengantin karya F. Widayanto mengucapkan selamat datang kepada kami yang baru memasuki istana, lalu koleksi lain seperti keramik kuno, dan lukisan-lukisan pelukis terkenal seperti Basoeki Abdullah dan Raden Saleh. Ada juga lukisan Gajah Mada karya Henk Ngantung, pelukis dan budayawan yang pernah menjadi gubernur Jakarta pada periode 1964-1965. Atau lukisan pelukis istana Harijadi yang menggambarkan wajah Tuanku Imam Bonjol.
Tentu saja saya tidak boleh berlama-lama di dalam istana, karena saya bisa tertinggal rombongan lainnya. Di halaman tengah istana saya terpesona melihat patung Pertapa Tua karya Bambang Krisyono, juga sebuah patung ibu dan anak yang tampaknya sedang belajar. Patung yang ini saya tidak tahu karya siapa, karena posisi pemandu agak jauh dari saya sehingga sulit bagi saya untuk bertanya. Ada juga sebuah patung batu berasal dari candi abad ke IX yang menggambarkan Dhyani Bodisatva.
Pemandu kelompok kami adalah seorang Polisi Wanita yang cantik dan ramah bernama Selvi. Hari itu kebetulan kelompok kami menjadi rombongan pertama yang harus dipandunya, tapi pernah juga dia harus memandu lima kali dalam satu hari. Terbayang betapa penatnya, karena yang diterangkan tentunya harus sama. Tidak seperti di Museum Nasional yang memungkinkan pemandu berganti topik atau memilih benda pamer yang berbeda untuk dijelaskan.
Sejak dibuka akhir bulan Mei 2008 ini memang gairah masyarakat untuk mengenal istana lebih dekat terasa tinggi, paling kurang seribu orang dalam satu hari kunjungan, bahkan kunjungan pernah mencapai seribu enam ratus orang dalam satu hari. Biasanya hari Sabtu jauh lebih padat kunjungan daripada hari Minggu. Tapi Minggu pagi kemarin, rombongan dari luar kota berdatangan sehingga terasa sekali kepadatannya.
Sistem masuk yang siapa datang terlebih dahulu dan mendaftar di tempat memang lebih menyenangkan bagi orang-orang yang suka datang dadakan. Beberapa tahun yang lalu saya pernah ke Istana Bogor dan tidak bisa masuk karena tidak mendaftar terlebih dahulu ke Sekretariat Negara.
Indonesia memang memiliki lima buah istana kepresidenan yaitu di Jakarta, Bogor, Cipanas, Jogjakarta, dan Tampaksiring (Bali). Yang dahulu saya ketahui boleh dimasuki umum dengan mendaftar dan pemeriksaan melalui Sekretariat Negara adalah istana Bogor dan istana Cipanas.
Tetapi bagi pengunjung dadakan ini biasanya juga tidak terlalu mengerti aturan baku istana. Tampaknya akan lebih bijaksana untuk mengizinkan masyarakat masuk asal berpakaian rapi dan pantas untuk masuk. Dengan demikian turis asing backpackers yang ingin masuk ke istana juga bisa masuk, asal bersedia antri lama.
Teman-teman yang tidak berhasil masuk ke dalam istana membuat saya penasaran dengan kebiasaan secara universal dalam mengunjungi bangunan yang teramat penting bagi negara ini. Karena merasa tidak berpengalaman memasuki gedung istimewa yang sehari-harinya dihuni pemimpin negara, maka saya mencoba mengunjungi web site Gedung Putih, dan menemukan sebuah link yang lebih detail menjelaskan tentang kunjungan ke Gedung Putih. Yang memandu perjalanan di Ruang Oval bahkan mantan presiden George W. Bush sendiri, mungkin karena link ini memang portal Presiden George W. Bush. Beliau banyak menjelaskan tentang lukisan yang kebanyakan berkisah tentang Texas, daerah asalnya yang juga akan menjadi tempatnya selepas menjadi Presiden Amerika Serikat.
Tampaknya untuk kunjungan ke Gedung Putih di dunia nyata pakaian tidak menjadi perhatian utama. Hanya jenis barang bawaan sangat diperhatikan, walaupun payung ternyata masih tetap boleh dibawa.
Tetapi ada satu hal penting yang biasanya saya perhatikan, tetapi kemarin terlupakan karena pesona karya para maestro di dalam aura Istana. Hal itu adalah fasilitas bagi orang dengan kemampuan berbeda. Di Gedung Putih, fasilitas ini tersedia bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus secara fisik, pendengaran yang berbeda, maupun yang memiliki penglihatan yang berbeda. Saya rasa seharusnya Istana Merdeka memiliki fasilitas serupa, bukankah kita pernah memiliki Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dan Ibu negara Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid? Mereka pernah bertempat tinggal di dalam istana Merdeka. Yang jelas, tidak terdapat fasilitas khusus kamar kecil bagi pengunjung berkebutuhan khusus di ruangan penerima dimana kami dipersilahkan memakai fasilitas kamar kecil. Kebetulan kemarin saya juga tidak melihat pengunjung dengan kriteria berkebutuhan khusus.
Perjalanan ke bangunan tua selalu menarik perhatian saya, apalagi sebuah kunjungan ke Istana Merdeka yang baru pertama kali ini saya kunjungi. Sebuah kunjungan yang membuat saya tertarik menyambangi Gedung Putih melalui dunia maya. Semoga istana untuk rakyat ini tetap akan terbuka untuk rakyat.
Indonesia Japan Expo 2008 Tinggal Dua Hari Lho…
Jumat, 07-11-2008 19:31:39 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Tidak terasa sudah hampir seminggu acara Indonesia Japan Expo 2008 berlangsung. Banyak acara yang rasanya menggoda sekali untuk dikunjungi. Sebenarnya acara-acara yang digelar sangat menarik bagi saya. Sekali ini terasa benar bedanya menjadi seorang ibu rumah tangga dengan tanggung jawab terhadap anak-anak, dibandingkan dengan mereka yang masih lajang.
Saya mendapat undangan untuk mengunjungi pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 melalui milis Forum Pembaca Kompas. Berniat membuat liputan anak-anak saya titipkan di rumah oma/opa mereka yang sebenarnya hari itu baru akan kembali dari luar kota. Maklum di rumah saya juga tidak ada orang yang menjaga mereka.
Kalau mengunjungi acara di Museum yang dibuka oleh Presiden RI saya tidak pernah sempat melihat kehadiran anjing pelacak, tapi di acara Pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 saya melihat sedikitnya tiga ekor anjing pelacak yang tampangnya santai, tapi saya yakin gigitannya maut.
Selesai acara pembukaan saya menyempatkan diri berkeliling arena pameran. Kalau mengikuti ego saya bisa-bisa saya bertahan disana sampai malam, entah ikut seminar atau sekedar melihat-lihat acara. Sewaktu lajang dahulu saya terbiasa menonton acara taiko (gendang Jepang) sampai malam di Kemayoran ini. Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya, saya tuliskan disini sekedar berbagi cerita. Siapa tahu ada yang jadi lebih berminat mengunjungi pameran ini sebelum ditutup.
Fashion
Sebenarnya kalau saya bisa bertahan lebih lama di Kemayoran hari pertama itu atau lebih sering datang di hari-hari berikutnya, pasti banyak hasil foto menarik yang berangkat dari tema ini. Ada gadis-gadis berkimono tradisional, ada juga yang bergaya kimono tapi sebenarnya gaya anak muda terkini, ada lagi yang terimbas model Harajuku Street, ataupun anak-anak muda yang menampilkan pertunjukan tokoh-tokoh cosplay . Tapi di hari pertama itu saya juga menemukan gadis-gadis dalam balutan pakaian tradisional Indonesia yang tidak kalah cantiknya.
Katanya ada peragaan kimono berbahan batik Indonesia, sayang sekali yang saya foto hanya penjaga gerai yang kebetulan menggunakan pakaian trendi gaya kimono tadi. Tapi di sebuah gerai lain saya mendapat informasi bahwa Indonesia juga mengekspor kain ke Jepang. Menarik sekali. Saya jadi teringat pada seorang teman yang dengan bangga membeli oleh-oleh sandal cantik dari Perancis. Dia terhenyak ketika sampai di rumah membaca labelnya: “made in Indonesia.” Mudah-mudahan kita tidak perlu membeli batik “made in Indonesia” di Jepang...
Produk ramah lingkungan
Tampaknya hampir semua peserta pameran mengusung tema produk ramah lingkungan. Dari mobil hingga printer, semua mengklaim dirinya mereduksi pemakaian bahan yang memungkinkan kontribusi kepada pemanasan global. Buat saya pribadi yang menarik adalah kehadiran rumah ramah lingkungan yang tampil di gerai NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization). Rumah yang mengarah kepada “Zero Emission House” sesuai dengan hasil KTT G8 Hokkaido.
Rumah ini sangat banyak menggunakan matahari sebagai sumber tenaga listrik. Selain sumber pembangkit listrik bertenaga surya, matahari juga dimanfaatkan dalam sistem pencahayaan dengan “Mirror-Duct”.
Beberapa waktu lalu saya pernah membaca komentar Menristek Kusmayanto Kadiman di harian cetak Kompas bahwa industri sel surya memiliki hasil akhir yang ramah lingkungan tapi dalam proses pembuatannya harus dicermati karena tergolong tidak ramah lingkungan. Pernyataan tersebut menarik perhatian saya karena beberapa waktu sebelumnya saya pernah bertanya-tanya dalam hati mengapa kita tidak memanfaatkan sinar surya yang jauh lebih melimpah di Indonesia daripada saling meributkan PLTN.
Dari pencarian di internet saya menemukan artikel di Kompas.com yang menyebutkan bahwa sudah ada sel surya hasil buatan dalam negeri, yang juga tidak lagi mengandalkan penggunaan logam berat merkuri. Lucunya dalam artikel tersebut disebutkan bahwa sel surya buatan dalam negeri itu sudah dipesan pembeli dari luar negeri sementara dari dalam negeri belum mendapatkan konsumen.
Sistem pencahayaan “Mirror-Duct” juga menarik untuk dicoba sebenarnya, karena pada kenyataannya penggunaan genteng kaca seringkali sangat panas, mungkin dengan teknologi pantulan pencahayaan ini bisa menghantarkan sinar dengan mengurangi transmisi kalori panasnya. Atau mungkin juga panasnya bisa dialihkan untuk memanaskan pemanas air dengan pompa kalor untuk rumah tangga yang juga digunakan dalam rumah ini.
Selain rumah ramah lingkungan ini, masih ada beberapa gerai lain yang menarik bagi para desainer. Entah produk-produk yang dilabel ramah lingkungan seperti eco-washer dari TOTO, ataupun produk Sunenergy green dari Asahimas yang disebut bisa mereduksi panas matahari yang ditransmisi melalui kaca sehingga kenyamanan suhu udara di dalam ruang bisa dimaksimalkan dengan biaya pendinginan ruangan yang lebih rendah. Penggunaan AC yang lebih rendah tentunya juga lebih bersifat ramah lingkungan.
Masih banyak aspek menarik lain yang bisa diperoleh dari berbagai macam produsen yang ikut pameran. Ada juga acara bincang-bincang menarik seperti yang pada hari pembukaan itu diadakan di gerai Kajima Corporation, sayang sekali waktu saya tidak cukup untuk meliputnya.
Acara seni dan budaya
Yang biasanya paling saya sukai tentunya adalah acara-acara kesenian dan kebudayaan. Ada berbagai macam kesenian yang dimunculkan baik dari Indonesia maupun dari Jepang. Kalau dari Indonesia, acara membuat batik pasti sangat menarik, sementara dari Jepang acara membuat ikebana juga tidak kurang menariknya.
Sore ini Indonesia Japan Expo 2008 tampil Lisa Halim. Nama yang sangat kental bau Indonesianya ini ternyata adalah penyanyi Jepang keturunan Indonesia. Di acara ini ia akan membawakan lagu-lagu dari albumnya berjudul “Daddy”.
Saya sudah berjanji pada anak-anak saya untuk membawa mereka ke pameran ini, tinggal dua hari lagi…Entah hari Sabtu atau hari Minggu, kami pasti ikutan antri wahana 3D untuk melihat yang namanya Shinkasen, juga supaya anak-anak melihat kecanggihan teknologi sehingga mereka nantinya juga bisa ikut kreatif.
Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, dalam konperensi pers di hari pembukaan pameran bahwa acara ini juga bertujuan menarik perhatian generasi muda terhadap kemajuan teknologi agar mereka di kemudian hari bisa ikut mengisi kemajuan teknologi. Selain itu tentunya adalah bagi para pengusaha agar bisa terjalin kerjasama yang lebih baik lagi. Memang ada beberapa produk yang belum masuk ke Indonesia juga tampil disini, selain itu mungkin minat orang Jepang sendiri kepada produksi Indonesia seperti kopi, ataupun furniture bisa jadi membukakan peluang usaha bagi anda.
Bagaimana, anda sudah kesana dan terinspirasi?
Kanal: Peristiwa
Tidak terasa sudah hampir seminggu acara Indonesia Japan Expo 2008 berlangsung. Banyak acara yang rasanya menggoda sekali untuk dikunjungi. Sebenarnya acara-acara yang digelar sangat menarik bagi saya. Sekali ini terasa benar bedanya menjadi seorang ibu rumah tangga dengan tanggung jawab terhadap anak-anak, dibandingkan dengan mereka yang masih lajang.
Saya mendapat undangan untuk mengunjungi pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 melalui milis Forum Pembaca Kompas. Berniat membuat liputan anak-anak saya titipkan di rumah oma/opa mereka yang sebenarnya hari itu baru akan kembali dari luar kota. Maklum di rumah saya juga tidak ada orang yang menjaga mereka.
Kalau mengunjungi acara di Museum yang dibuka oleh Presiden RI saya tidak pernah sempat melihat kehadiran anjing pelacak, tapi di acara Pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 saya melihat sedikitnya tiga ekor anjing pelacak yang tampangnya santai, tapi saya yakin gigitannya maut.
Selesai acara pembukaan saya menyempatkan diri berkeliling arena pameran. Kalau mengikuti ego saya bisa-bisa saya bertahan disana sampai malam, entah ikut seminar atau sekedar melihat-lihat acara. Sewaktu lajang dahulu saya terbiasa menonton acara taiko (gendang Jepang) sampai malam di Kemayoran ini. Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya, saya tuliskan disini sekedar berbagi cerita. Siapa tahu ada yang jadi lebih berminat mengunjungi pameran ini sebelum ditutup.
Fashion
Sebenarnya kalau saya bisa bertahan lebih lama di Kemayoran hari pertama itu atau lebih sering datang di hari-hari berikutnya, pasti banyak hasil foto menarik yang berangkat dari tema ini. Ada gadis-gadis berkimono tradisional, ada juga yang bergaya kimono tapi sebenarnya gaya anak muda terkini, ada lagi yang terimbas model Harajuku Street, ataupun anak-anak muda yang menampilkan pertunjukan tokoh-tokoh cosplay . Tapi di hari pertama itu saya juga menemukan gadis-gadis dalam balutan pakaian tradisional Indonesia yang tidak kalah cantiknya.
Katanya ada peragaan kimono berbahan batik Indonesia, sayang sekali yang saya foto hanya penjaga gerai yang kebetulan menggunakan pakaian trendi gaya kimono tadi. Tapi di sebuah gerai lain saya mendapat informasi bahwa Indonesia juga mengekspor kain ke Jepang. Menarik sekali. Saya jadi teringat pada seorang teman yang dengan bangga membeli oleh-oleh sandal cantik dari Perancis. Dia terhenyak ketika sampai di rumah membaca labelnya: “made in Indonesia.” Mudah-mudahan kita tidak perlu membeli batik “made in Indonesia” di Jepang...
Produk ramah lingkungan
Tampaknya hampir semua peserta pameran mengusung tema produk ramah lingkungan. Dari mobil hingga printer, semua mengklaim dirinya mereduksi pemakaian bahan yang memungkinkan kontribusi kepada pemanasan global. Buat saya pribadi yang menarik adalah kehadiran rumah ramah lingkungan yang tampil di gerai NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization). Rumah yang mengarah kepada “Zero Emission House” sesuai dengan hasil KTT G8 Hokkaido.
Rumah ini sangat banyak menggunakan matahari sebagai sumber tenaga listrik. Selain sumber pembangkit listrik bertenaga surya, matahari juga dimanfaatkan dalam sistem pencahayaan dengan “Mirror-Duct”.
Beberapa waktu lalu saya pernah membaca komentar Menristek Kusmayanto Kadiman di harian cetak Kompas bahwa industri sel surya memiliki hasil akhir yang ramah lingkungan tapi dalam proses pembuatannya harus dicermati karena tergolong tidak ramah lingkungan. Pernyataan tersebut menarik perhatian saya karena beberapa waktu sebelumnya saya pernah bertanya-tanya dalam hati mengapa kita tidak memanfaatkan sinar surya yang jauh lebih melimpah di Indonesia daripada saling meributkan PLTN.
Dari pencarian di internet saya menemukan artikel di Kompas.com yang menyebutkan bahwa sudah ada sel surya hasil buatan dalam negeri, yang juga tidak lagi mengandalkan penggunaan logam berat merkuri. Lucunya dalam artikel tersebut disebutkan bahwa sel surya buatan dalam negeri itu sudah dipesan pembeli dari luar negeri sementara dari dalam negeri belum mendapatkan konsumen.
Sistem pencahayaan “Mirror-Duct” juga menarik untuk dicoba sebenarnya, karena pada kenyataannya penggunaan genteng kaca seringkali sangat panas, mungkin dengan teknologi pantulan pencahayaan ini bisa menghantarkan sinar dengan mengurangi transmisi kalori panasnya. Atau mungkin juga panasnya bisa dialihkan untuk memanaskan pemanas air dengan pompa kalor untuk rumah tangga yang juga digunakan dalam rumah ini.
Selain rumah ramah lingkungan ini, masih ada beberapa gerai lain yang menarik bagi para desainer. Entah produk-produk yang dilabel ramah lingkungan seperti eco-washer dari TOTO, ataupun produk Sunenergy green dari Asahimas yang disebut bisa mereduksi panas matahari yang ditransmisi melalui kaca sehingga kenyamanan suhu udara di dalam ruang bisa dimaksimalkan dengan biaya pendinginan ruangan yang lebih rendah. Penggunaan AC yang lebih rendah tentunya juga lebih bersifat ramah lingkungan.
Masih banyak aspek menarik lain yang bisa diperoleh dari berbagai macam produsen yang ikut pameran. Ada juga acara bincang-bincang menarik seperti yang pada hari pembukaan itu diadakan di gerai Kajima Corporation, sayang sekali waktu saya tidak cukup untuk meliputnya.
Acara seni dan budaya
Yang biasanya paling saya sukai tentunya adalah acara-acara kesenian dan kebudayaan. Ada berbagai macam kesenian yang dimunculkan baik dari Indonesia maupun dari Jepang. Kalau dari Indonesia, acara membuat batik pasti sangat menarik, sementara dari Jepang acara membuat ikebana juga tidak kurang menariknya.
Sore ini Indonesia Japan Expo 2008 tampil Lisa Halim. Nama yang sangat kental bau Indonesianya ini ternyata adalah penyanyi Jepang keturunan Indonesia. Di acara ini ia akan membawakan lagu-lagu dari albumnya berjudul “Daddy”.
Saya sudah berjanji pada anak-anak saya untuk membawa mereka ke pameran ini, tinggal dua hari lagi…Entah hari Sabtu atau hari Minggu, kami pasti ikutan antri wahana 3D untuk melihat yang namanya Shinkasen, juga supaya anak-anak melihat kecanggihan teknologi sehingga mereka nantinya juga bisa ikut kreatif.
Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, dalam konperensi pers di hari pembukaan pameran bahwa acara ini juga bertujuan menarik perhatian generasi muda terhadap kemajuan teknologi agar mereka di kemudian hari bisa ikut mengisi kemajuan teknologi. Selain itu tentunya adalah bagi para pengusaha agar bisa terjalin kerjasama yang lebih baik lagi. Memang ada beberapa produk yang belum masuk ke Indonesia juga tampil disini, selain itu mungkin minat orang Jepang sendiri kepada produksi Indonesia seperti kopi, ataupun furniture bisa jadi membukakan peluang usaha bagi anda.
Bagaimana, anda sudah kesana dan terinspirasi?
Wednesday, 5 November 2008
Obama Wins
The USA presidential election has voted Obama as the 44th President of the USA. I hope it is a good sign for peace, a good sign of elimination of racism too...
Too bad that his grandma can't share the victorious moment. For me, her role was perhaps greater than Obama's mom. Actually both grandparents are great, they were transformed from a couple who oppose their daughter's marriage with a black man into a loving and care grandparents. I'm sure it was not an easy task to do.
I'm not really picking a candidate like other Indonesians. I think that the USA presidential election is not my business, but I do want the war to be ended.
What is worrying me is that a note in my friend's Face Book said that Obama is supporting abortion. Will he continue to support the abortion of unborn babies?
Everytime a new leader is chosen we are expecting changes, but the system is sometimes too difficult to set into a totally new system...so let's hope this one will do a better stand for the world's peace.
Too bad that his grandma can't share the victorious moment. For me, her role was perhaps greater than Obama's mom. Actually both grandparents are great, they were transformed from a couple who oppose their daughter's marriage with a black man into a loving and care grandparents. I'm sure it was not an easy task to do.
I'm not really picking a candidate like other Indonesians. I think that the USA presidential election is not my business, but I do want the war to be ended.
What is worrying me is that a note in my friend's Face Book said that Obama is supporting abortion. Will he continue to support the abortion of unborn babies?
Everytime a new leader is chosen we are expecting changes, but the system is sometimes too difficult to set into a totally new system...so let's hope this one will do a better stand for the world's peace.
Monday, 3 November 2008
Indonesia-Japan Expo 2008 Tops 50 Years of Friendship
Grow together, redefining a better tomorrow
Published 2008-11-03 14:17 (KST)
On Nov. 1, 2008, at the height of events to celebrate 50 years of Indonesia and Japan relationship during the year 2008, the President of Republic of Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, together with the chairman of Indonesia Jepang Association (also former Prime Minister of Japan), Yasuo Fukuda, officially opened the Indonesia-Japan Expo (IJE) 2008 in Jakarta. This event aims to enlarge the exchange of knowledge and deepened the understanding between the two nations.
The treaty of peace between Indonesia and Japan was signed on Jan. 20, 1958. This year, on Jan. 20, Susilo Bambang Yudhoyono and Prince Akishino announced this year as the celebration of friendship between the two nations.
Japan occupied Indonesia in three and a half years from 1942 to 1945. That short moments did crafted a deep wound which then created a hard feeling, and made the relationship between these two nations going up and down. The daily Kompas made its special report about this relationship in an article "Pasang Surut Sebuah Hubungan" (Up and Down of a Relationship) printed in its printed daily. The tragedy of January 15, 1974, known for Indonesians as Malari, was flowering out of the accusation that the Japanese economic expansion in Indonesia was another kind of their new occupation, an occupation through their economic moves. Yet, daily Kompas noted that the intensive social and cultural programs, including youth and students exchange helped building contacts between citizens of these two countries.
Media is also playing an important role in voicing out appreciation and criticism, in helping to build a better relationship between countries. Kompas and Nikkei Inc. as leading media outlets from the two countries had an idea to hold a special event in celebrating the 50 years of Indonesia-Japan friendship.
Agung Adiprasetyo, Kompas Gramedia CEO in his message hoped that the Indonesia Japan Expo 2008 can be a learning forum for people from both countries. Nikkei Inc. chairman, Ryoki Sugita, exposed that the aim of Indonesia Japan Expo 2008 are reviewing the history of friendly relationship between Indonesia and Japan during the past five decades and at the same time developing a vision of how to promote mutual understanding and enhance friendship and cooperation between the two countries in the future, which have become interdependent on each other.
Automotive industries visited by a lot of visitors
Youngsters as the new generation seemed to get a special attention in this event. Harajuku Street Competition, Indie J-band Competition, Miku-miku Dance Competition, Para-para Dance Competition, Cosplay Cabaret Cometition, Manga workshop, Igo competition and exhibition are among other interesting activities for youngsters in this event.
Harajuku street fashion can also be spotted in the Indonesia Japan Expo 2008
In the main theme of grow together redefining a better tomorrow, symposium and seminars are also in the agenda of Indonesia Japan Expo 2008. The symposium organized by Indonesia Japan Friendship Association (Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang -- PPIJ). A two days seminar organized by the Embassy of Japan in Indonesia, in cooperation with PPIJ, Persada, CSIS, and CIDES, offering the theme of "50 years of Heartfelt Ties and Strategic Partnership for the Future." It is hoped that both party can make good aspects they each possessed growth even more, and take the bad aspects as a lesson to avoid in the future. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM -- The Investment Coordinating Board) will also presenting a seminar and a chance of one-on-one investment opportunity meeting. Another seminar on "Green Management and Corporate Competitiveness- Tradeoff or Opportunities?" is organized by LPEM and JBIC in collaboration with Kompas and Nikkei and supported by KADIN, Jakarta Japan Club, and Dharma Persada University.
The concern of global warming is also showing up in most of company activities shown in this Expo. In Japan it is also caused by high demand of consumers of product of high technology and environmental friendly to their concern of global warming. Indonesia as the source of exporting products to Japan is also affected as for example the eco-labeling for the wood and pulp products. The growing awareness in Indonesia can be traced to the building equipments which provide their information on products which are environmental friendly.
High technolgy is still the main reason that attract people to visit the Expo
Jacob Utama, the Kompas Gramedia Group Chairman, said that this event open a chance for people to see the output of hard work in technology. It can impress children, and motivate them for building a better future, and at the same time it also gives businessmen the opportunity to see their chance to participate in the market.
Japan and Indonesia signed their Economic Partnership Agreement (EPA) on August 2008. Indonesia as the fourth largest population in the world has abundant of natural resources. EPA is hoped to help transferring the technology and skill from Japan to improve the quality of products from Indonesia. Small and medium enterprises are hoped to grow stronger to face the global financial turmoil.
JETRO (Japan External Trade Organization) with the One Village One Product Programme in Jogjakarta help the small and medium entreprises grow up
Indonesia Japan Expo 2008 is also a feast of art and culture. In the opening ceremony guests are attracted to the collaboration of Saman dance from Aceh with the tune of Taiko drums. There will also be a show of Indonesian Batik used as the fabric for Japanese traditional kimono, while the youngsters will develop their own creativity in rendering manga.
Shiro Saito, Managing Director Nikkei Inc. said, "Synergy that came out from the interaction and collaboration between two countries in this Expo will be an important base to understand each other, heart to heart, and to build a better understanding in the future, and to grow the mutual feeling of loving each other cultures."
As stated by Susilo Bambang Yudhoyono, the president of the Republic of Indonesia, in his opening speech, the future friendship relation of Indonesia and Japan is not only depending on governments, but also on citizens.
Published 2008-11-03 14:17 (KST)
On Nov. 1, 2008, at the height of events to celebrate 50 years of Indonesia and Japan relationship during the year 2008, the President of Republic of Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, together with the chairman of Indonesia Jepang Association (also former Prime Minister of Japan), Yasuo Fukuda, officially opened the Indonesia-Japan Expo (IJE) 2008 in Jakarta. This event aims to enlarge the exchange of knowledge and deepened the understanding between the two nations.
The treaty of peace between Indonesia and Japan was signed on Jan. 20, 1958. This year, on Jan. 20, Susilo Bambang Yudhoyono and Prince Akishino announced this year as the celebration of friendship between the two nations.
Japan occupied Indonesia in three and a half years from 1942 to 1945. That short moments did crafted a deep wound which then created a hard feeling, and made the relationship between these two nations going up and down. The daily Kompas made its special report about this relationship in an article "Pasang Surut Sebuah Hubungan" (Up and Down of a Relationship) printed in its printed daily. The tragedy of January 15, 1974, known for Indonesians as Malari, was flowering out of the accusation that the Japanese economic expansion in Indonesia was another kind of their new occupation, an occupation through their economic moves. Yet, daily Kompas noted that the intensive social and cultural programs, including youth and students exchange helped building contacts between citizens of these two countries.
Media is also playing an important role in voicing out appreciation and criticism, in helping to build a better relationship between countries. Kompas and Nikkei Inc. as leading media outlets from the two countries had an idea to hold a special event in celebrating the 50 years of Indonesia-Japan friendship.
Agung Adiprasetyo, Kompas Gramedia CEO in his message hoped that the Indonesia Japan Expo 2008 can be a learning forum for people from both countries. Nikkei Inc. chairman, Ryoki Sugita, exposed that the aim of Indonesia Japan Expo 2008 are reviewing the history of friendly relationship between Indonesia and Japan during the past five decades and at the same time developing a vision of how to promote mutual understanding and enhance friendship and cooperation between the two countries in the future, which have become interdependent on each other.
Automotive industries visited by a lot of visitors
Youngsters as the new generation seemed to get a special attention in this event. Harajuku Street Competition, Indie J-band Competition, Miku-miku Dance Competition, Para-para Dance Competition, Cosplay Cabaret Cometition, Manga workshop, Igo competition and exhibition are among other interesting activities for youngsters in this event.
Harajuku street fashion can also be spotted in the Indonesia Japan Expo 2008
In the main theme of grow together redefining a better tomorrow, symposium and seminars are also in the agenda of Indonesia Japan Expo 2008. The symposium organized by Indonesia Japan Friendship Association (Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang -- PPIJ). A two days seminar organized by the Embassy of Japan in Indonesia, in cooperation with PPIJ, Persada, CSIS, and CIDES, offering the theme of "50 years of Heartfelt Ties and Strategic Partnership for the Future." It is hoped that both party can make good aspects they each possessed growth even more, and take the bad aspects as a lesson to avoid in the future. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM -- The Investment Coordinating Board) will also presenting a seminar and a chance of one-on-one investment opportunity meeting. Another seminar on "Green Management and Corporate Competitiveness- Tradeoff or Opportunities?" is organized by LPEM and JBIC in collaboration with Kompas and Nikkei and supported by KADIN, Jakarta Japan Club, and Dharma Persada University.
The concern of global warming is also showing up in most of company activities shown in this Expo. In Japan it is also caused by high demand of consumers of product of high technology and environmental friendly to their concern of global warming. Indonesia as the source of exporting products to Japan is also affected as for example the eco-labeling for the wood and pulp products. The growing awareness in Indonesia can be traced to the building equipments which provide their information on products which are environmental friendly.
High technolgy is still the main reason that attract people to visit the Expo
Jacob Utama, the Kompas Gramedia Group Chairman, said that this event open a chance for people to see the output of hard work in technology. It can impress children, and motivate them for building a better future, and at the same time it also gives businessmen the opportunity to see their chance to participate in the market.
Japan and Indonesia signed their Economic Partnership Agreement (EPA) on August 2008. Indonesia as the fourth largest population in the world has abundant of natural resources. EPA is hoped to help transferring the technology and skill from Japan to improve the quality of products from Indonesia. Small and medium enterprises are hoped to grow stronger to face the global financial turmoil.
JETRO (Japan External Trade Organization) with the One Village One Product Programme in Jogjakarta help the small and medium entreprises grow up
Indonesia Japan Expo 2008 is also a feast of art and culture. In the opening ceremony guests are attracted to the collaboration of Saman dance from Aceh with the tune of Taiko drums. There will also be a show of Indonesian Batik used as the fabric for Japanese traditional kimono, while the youngsters will develop their own creativity in rendering manga.
Shiro Saito, Managing Director Nikkei Inc. said, "Synergy that came out from the interaction and collaboration between two countries in this Expo will be an important base to understand each other, heart to heart, and to build a better understanding in the future, and to grow the mutual feeling of loving each other cultures."
As stated by Susilo Bambang Yudhoyono, the president of the Republic of Indonesia, in his opening speech, the future friendship relation of Indonesia and Japan is not only depending on governments, but also on citizens.
Indonesia Japan Expo 2008: Pesta Rakyat Dua Negara
Sabtu, 01-11-2008 21:06:24 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Hari ini, 1 November 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan Ketua Asosiasi Indonesia Jepang yang juga mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuo Fukuda, secara resmi membuka pameran Indonesia –Japan Expo (IJE) 2008 di arena JIExpo PRJ, Kemayoran, Jakarta.
Acara ini disebutkan sebagai pesta rakyat dua negara, bertujuan memperluas pertukaran dan dan memperdalam saling pengertian antar bangsa. Kegiatan, yang disebut sebagai kegiatan puncak dalam rangkaian kegiatan menyambut lima puluh tahun hubungan Indonesia dan Jepang ini berlangsung selama sembilan hari yaitu dari tanggal 1 – 9 November 2008.
Traktat perdamaian Indonesia-Jepang ditanda-tangani 20 Januari 1958, dan pada tanggal 20 Januari 2008 lalu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bersama Pangeran Akishino mengawali tahun persahabatan ini dengan peresmian rangkaian kegiatan peringatan ulang tahun emas hubungan diplomatik antara kedua negara.
Menariknya, kegiatan Expo ini diselenggarakan oleh dua media utama dari masing-masing negara yaitu harian Kompas dan harian ekonomi Nikkei sebagai penggagas utama. Tidak heran, bila tampaknya promosi kegiatan ini cukup bergaung, terlihat dari jumlah pengunjung yang hadir di hari pertama IJE 2008. Ruang pameran juga terisi dengan lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan Jepang, institusi, dan komunitas yang beroperasi di Indonesia.
Selain pameran produk ekonomi dan bisnis dari perusahaan dan institusi, ada juga simposium dan seminar. Simposium diadakan pada hari Sabtu, setelah peresmian IJE 2008, sementara seminar akan diadakan pada tanggal 3-4 November 2008 atas prakarsa Kedutaan Besar Jepang bekerja sama dengan PPIJ, Persada, CSIS, dan CIDES.
Pemanasan global terlihat memiliki dampak yang sangat besar kepada kegiatan perusahaan, bagi perusahaan Jepang sendiri hal tersebut terutama karena tingginya permintaan konsumen akan benda teknologi tinggi yang ramah lingkungan. Hal ini tampak ditonjolkan dalam berbagai produk peserta pameran.
Pesta seni budaya bagi masyarakat juga merupakan salah satu bagian yang ditawarkan dalam pameran ini . Dalam acara pembukaan saja terlihat kehadiran kolaborasi seni ketika tari Saman muncul bersama dengan penabuh gendang Jepang, taiko. Kolaborasi ini akan ditampilkan juga dengan mengkombinasikan busana khas Jepang, kimono dengan tekstil khas Indonesia, batik.
Jangan aneh bila nanti melihat anak-anak muda dengan dandanan Harajuku Street, karena akan ada HarajukuStreet Competition. Selain itu ada juga Indie J-band Competition dimana pesertanya diminta membawakan satu lagu Indonesia dan satu lagu dari Jepang. Buat anak muda yang terbiasa berdansa mengikuti tarian yang ada di layar video, bisa juga berkompetisi pada acara Miku-miku Dance Competition. Ada juga kompetisi lima permainan tradisional Indonesia seperti Balap Enggrang, Gobak Sodor, Sonda, Congklak, dan Balap Kaleng. Komunitas pencinta manga juga hadir dan akan mengadakan workshop dan juga kompetisi menggambar manga. Tema kompetisinya adalah Fanart x Japan.
Masih banyak acara budaya baik khas Indonesia maupun khas Jepang yang akan ditampilkan di IJE 2008, termasuk mengintip Obake (rumah hantu). Sayangnya acara yang ini selain tidak boleh bagi orang berpenyakit jantung, juga belum mengizinkan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk masuk. Tentunya pertimbangan emosi dan kematangan psikologis anak-anak yang menjadi pertimbangan panitia, walaupun biasanya justru anak-anak usia SD yang memiliki keinginan besar untuk mengintip rumah hantu.
Teknologi kereta api super cepat Shinkasen yang memukau dunia dapat pula dirasakan sensasinya oleh pengunjung melalui wahana Shinkasen 3D di hall B. Selain merasakan tontonan realistik seolah di atas kereta Shinkasen, juga akan dibawa mengunjungi tempat-tempat wisata terindah di Jepang. Film yang secara khusus disiapkan untuk IJE 2008 ini rencananya akan diputar setiap 45 menit dengan durasi acara 16 menit.
Bagi yang tertarik pada kegiatan membuat robot, bisa menyaksikan acara Robot Contest yang akan digelar pada tanggal 9 November 2008.
Untuk memasuki pameran Indonesia Japan Expo 2008 ini dikenakan tanda masuk seharga Rp. 10.000,-. Panitia menyediakan shuttle bus Stasiun Gambir –JIExpo dan Hotel Golden – JIExpo pada hari Sabtu dan Minggu.
Khusus pelajar (dalam rangka Hari Pelajar) hari Senin, 3 November 2008 akan dibebaskan dari biaya tiket masuk.
Tertarik untuk ikut serta dalam pesta rakyat antar dua negara ini? Bisa menyimak informasi terbarunya di http://www.indonesiajapanexpo.com.
Kanal: Peristiwa
Hari ini, 1 November 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan Ketua Asosiasi Indonesia Jepang yang juga mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuo Fukuda, secara resmi membuka pameran Indonesia –Japan Expo (IJE) 2008 di arena JIExpo PRJ, Kemayoran, Jakarta.
Acara ini disebutkan sebagai pesta rakyat dua negara, bertujuan memperluas pertukaran dan dan memperdalam saling pengertian antar bangsa. Kegiatan, yang disebut sebagai kegiatan puncak dalam rangkaian kegiatan menyambut lima puluh tahun hubungan Indonesia dan Jepang ini berlangsung selama sembilan hari yaitu dari tanggal 1 – 9 November 2008.
Traktat perdamaian Indonesia-Jepang ditanda-tangani 20 Januari 1958, dan pada tanggal 20 Januari 2008 lalu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bersama Pangeran Akishino mengawali tahun persahabatan ini dengan peresmian rangkaian kegiatan peringatan ulang tahun emas hubungan diplomatik antara kedua negara.
Menariknya, kegiatan Expo ini diselenggarakan oleh dua media utama dari masing-masing negara yaitu harian Kompas dan harian ekonomi Nikkei sebagai penggagas utama. Tidak heran, bila tampaknya promosi kegiatan ini cukup bergaung, terlihat dari jumlah pengunjung yang hadir di hari pertama IJE 2008. Ruang pameran juga terisi dengan lebih dari 100 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan Jepang, institusi, dan komunitas yang beroperasi di Indonesia.
Selain pameran produk ekonomi dan bisnis dari perusahaan dan institusi, ada juga simposium dan seminar. Simposium diadakan pada hari Sabtu, setelah peresmian IJE 2008, sementara seminar akan diadakan pada tanggal 3-4 November 2008 atas prakarsa Kedutaan Besar Jepang bekerja sama dengan PPIJ, Persada, CSIS, dan CIDES.
Pemanasan global terlihat memiliki dampak yang sangat besar kepada kegiatan perusahaan, bagi perusahaan Jepang sendiri hal tersebut terutama karena tingginya permintaan konsumen akan benda teknologi tinggi yang ramah lingkungan. Hal ini tampak ditonjolkan dalam berbagai produk peserta pameran.
Pesta seni budaya bagi masyarakat juga merupakan salah satu bagian yang ditawarkan dalam pameran ini . Dalam acara pembukaan saja terlihat kehadiran kolaborasi seni ketika tari Saman muncul bersama dengan penabuh gendang Jepang, taiko. Kolaborasi ini akan ditampilkan juga dengan mengkombinasikan busana khas Jepang, kimono dengan tekstil khas Indonesia, batik.
Jangan aneh bila nanti melihat anak-anak muda dengan dandanan Harajuku Street, karena akan ada HarajukuStreet Competition. Selain itu ada juga Indie J-band Competition dimana pesertanya diminta membawakan satu lagu Indonesia dan satu lagu dari Jepang. Buat anak muda yang terbiasa berdansa mengikuti tarian yang ada di layar video, bisa juga berkompetisi pada acara Miku-miku Dance Competition. Ada juga kompetisi lima permainan tradisional Indonesia seperti Balap Enggrang, Gobak Sodor, Sonda, Congklak, dan Balap Kaleng. Komunitas pencinta manga juga hadir dan akan mengadakan workshop dan juga kompetisi menggambar manga. Tema kompetisinya adalah Fanart x Japan.
Masih banyak acara budaya baik khas Indonesia maupun khas Jepang yang akan ditampilkan di IJE 2008, termasuk mengintip Obake (rumah hantu). Sayangnya acara yang ini selain tidak boleh bagi orang berpenyakit jantung, juga belum mengizinkan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk masuk. Tentunya pertimbangan emosi dan kematangan psikologis anak-anak yang menjadi pertimbangan panitia, walaupun biasanya justru anak-anak usia SD yang memiliki keinginan besar untuk mengintip rumah hantu.
Teknologi kereta api super cepat Shinkasen yang memukau dunia dapat pula dirasakan sensasinya oleh pengunjung melalui wahana Shinkasen 3D di hall B. Selain merasakan tontonan realistik seolah di atas kereta Shinkasen, juga akan dibawa mengunjungi tempat-tempat wisata terindah di Jepang. Film yang secara khusus disiapkan untuk IJE 2008 ini rencananya akan diputar setiap 45 menit dengan durasi acara 16 menit.
Bagi yang tertarik pada kegiatan membuat robot, bisa menyaksikan acara Robot Contest yang akan digelar pada tanggal 9 November 2008.
Untuk memasuki pameran Indonesia Japan Expo 2008 ini dikenakan tanda masuk seharga Rp. 10.000,-. Panitia menyediakan shuttle bus Stasiun Gambir –JIExpo dan Hotel Golden – JIExpo pada hari Sabtu dan Minggu.
Khusus pelajar (dalam rangka Hari Pelajar) hari Senin, 3 November 2008 akan dibebaskan dari biaya tiket masuk.
Tertarik untuk ikut serta dalam pesta rakyat antar dua negara ini? Bisa menyimak informasi terbarunya di http://www.indonesiajapanexpo.com.
Subscribe to:
Posts (Atom)