Jumat, 07-11-2008 19:31:39 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Peristiwa
Tidak terasa sudah hampir seminggu acara Indonesia Japan Expo 2008 berlangsung. Banyak acara yang rasanya menggoda sekali untuk dikunjungi. Sebenarnya acara-acara yang digelar sangat menarik bagi saya. Sekali ini terasa benar bedanya menjadi seorang ibu rumah tangga dengan tanggung jawab terhadap anak-anak, dibandingkan dengan mereka yang masih lajang.
Saya mendapat undangan untuk mengunjungi pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 melalui milis Forum Pembaca Kompas. Berniat membuat liputan anak-anak saya titipkan di rumah oma/opa mereka yang sebenarnya hari itu baru akan kembali dari luar kota. Maklum di rumah saya juga tidak ada orang yang menjaga mereka.
Kalau mengunjungi acara di Museum yang dibuka oleh Presiden RI saya tidak pernah sempat melihat kehadiran anjing pelacak, tapi di acara Pembukaan Pameran Indonesia Japan Expo 2008 saya melihat sedikitnya tiga ekor anjing pelacak yang tampangnya santai, tapi saya yakin gigitannya maut.
Selesai acara pembukaan saya menyempatkan diri berkeliling arena pameran. Kalau mengikuti ego saya bisa-bisa saya bertahan disana sampai malam, entah ikut seminar atau sekedar melihat-lihat acara. Sewaktu lajang dahulu saya terbiasa menonton acara taiko (gendang Jepang) sampai malam di Kemayoran ini. Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya, saya tuliskan disini sekedar berbagi cerita. Siapa tahu ada yang jadi lebih berminat mengunjungi pameran ini sebelum ditutup.
Fashion
Sebenarnya kalau saya bisa bertahan lebih lama di Kemayoran hari pertama itu atau lebih sering datang di hari-hari berikutnya, pasti banyak hasil foto menarik yang berangkat dari tema ini. Ada gadis-gadis berkimono tradisional, ada juga yang bergaya kimono tapi sebenarnya gaya anak muda terkini, ada lagi yang terimbas model Harajuku Street, ataupun anak-anak muda yang menampilkan pertunjukan tokoh-tokoh cosplay . Tapi di hari pertama itu saya juga menemukan gadis-gadis dalam balutan pakaian tradisional Indonesia yang tidak kalah cantiknya.
Katanya ada peragaan kimono berbahan batik Indonesia, sayang sekali yang saya foto hanya penjaga gerai yang kebetulan menggunakan pakaian trendi gaya kimono tadi. Tapi di sebuah gerai lain saya mendapat informasi bahwa Indonesia juga mengekspor kain ke Jepang. Menarik sekali. Saya jadi teringat pada seorang teman yang dengan bangga membeli oleh-oleh sandal cantik dari Perancis. Dia terhenyak ketika sampai di rumah membaca labelnya: “made in Indonesia.” Mudah-mudahan kita tidak perlu membeli batik “made in Indonesia” di Jepang...
Produk ramah lingkungan
Tampaknya hampir semua peserta pameran mengusung tema produk ramah lingkungan. Dari mobil hingga printer, semua mengklaim dirinya mereduksi pemakaian bahan yang memungkinkan kontribusi kepada pemanasan global. Buat saya pribadi yang menarik adalah kehadiran rumah ramah lingkungan yang tampil di gerai NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization). Rumah yang mengarah kepada “Zero Emission House” sesuai dengan hasil KTT G8 Hokkaido.
Rumah ini sangat banyak menggunakan matahari sebagai sumber tenaga listrik. Selain sumber pembangkit listrik bertenaga surya, matahari juga dimanfaatkan dalam sistem pencahayaan dengan “Mirror-Duct”.
Beberapa waktu lalu saya pernah membaca komentar Menristek Kusmayanto Kadiman di harian cetak Kompas bahwa industri sel surya memiliki hasil akhir yang ramah lingkungan tapi dalam proses pembuatannya harus dicermati karena tergolong tidak ramah lingkungan. Pernyataan tersebut menarik perhatian saya karena beberapa waktu sebelumnya saya pernah bertanya-tanya dalam hati mengapa kita tidak memanfaatkan sinar surya yang jauh lebih melimpah di Indonesia daripada saling meributkan PLTN.
Dari pencarian di internet saya menemukan artikel di Kompas.com yang menyebutkan bahwa sudah ada sel surya hasil buatan dalam negeri, yang juga tidak lagi mengandalkan penggunaan logam berat merkuri. Lucunya dalam artikel tersebut disebutkan bahwa sel surya buatan dalam negeri itu sudah dipesan pembeli dari luar negeri sementara dari dalam negeri belum mendapatkan konsumen.
Sistem pencahayaan “Mirror-Duct” juga menarik untuk dicoba sebenarnya, karena pada kenyataannya penggunaan genteng kaca seringkali sangat panas, mungkin dengan teknologi pantulan pencahayaan ini bisa menghantarkan sinar dengan mengurangi transmisi kalori panasnya. Atau mungkin juga panasnya bisa dialihkan untuk memanaskan pemanas air dengan pompa kalor untuk rumah tangga yang juga digunakan dalam rumah ini.
Selain rumah ramah lingkungan ini, masih ada beberapa gerai lain yang menarik bagi para desainer. Entah produk-produk yang dilabel ramah lingkungan seperti eco-washer dari TOTO, ataupun produk Sunenergy green dari Asahimas yang disebut bisa mereduksi panas matahari yang ditransmisi melalui kaca sehingga kenyamanan suhu udara di dalam ruang bisa dimaksimalkan dengan biaya pendinginan ruangan yang lebih rendah. Penggunaan AC yang lebih rendah tentunya juga lebih bersifat ramah lingkungan.
Masih banyak aspek menarik lain yang bisa diperoleh dari berbagai macam produsen yang ikut pameran. Ada juga acara bincang-bincang menarik seperti yang pada hari pembukaan itu diadakan di gerai Kajima Corporation, sayang sekali waktu saya tidak cukup untuk meliputnya.
Acara seni dan budaya
Yang biasanya paling saya sukai tentunya adalah acara-acara kesenian dan kebudayaan. Ada berbagai macam kesenian yang dimunculkan baik dari Indonesia maupun dari Jepang. Kalau dari Indonesia, acara membuat batik pasti sangat menarik, sementara dari Jepang acara membuat ikebana juga tidak kurang menariknya.
Sore ini Indonesia Japan Expo 2008 tampil Lisa Halim. Nama yang sangat kental bau Indonesianya ini ternyata adalah penyanyi Jepang keturunan Indonesia. Di acara ini ia akan membawakan lagu-lagu dari albumnya berjudul “Daddy”.
Saya sudah berjanji pada anak-anak saya untuk membawa mereka ke pameran ini, tinggal dua hari lagi…Entah hari Sabtu atau hari Minggu, kami pasti ikutan antri wahana 3D untuk melihat yang namanya Shinkasen, juga supaya anak-anak melihat kecanggihan teknologi sehingga mereka nantinya juga bisa ikut kreatif.
Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas, dalam konperensi pers di hari pembukaan pameran bahwa acara ini juga bertujuan menarik perhatian generasi muda terhadap kemajuan teknologi agar mereka di kemudian hari bisa ikut mengisi kemajuan teknologi. Selain itu tentunya adalah bagi para pengusaha agar bisa terjalin kerjasama yang lebih baik lagi. Memang ada beberapa produk yang belum masuk ke Indonesia juga tampil disini, selain itu mungkin minat orang Jepang sendiri kepada produksi Indonesia seperti kopi, ataupun furniture bisa jadi membukakan peluang usaha bagi anda.
Bagaimana, anda sudah kesana dan terinspirasi?
2 comments:
Kami sekeluarga datang di hari kedua. Sayang pada hari itu tidak semua 'pertunjukan' siap. Belum ada robot ataupun rumah hantu ( atau saya yang tidak ketemu ?). Sedangkan lomba cosplay baru mau diadakan sore hari.
Kami sempat nonton pertunjukan shinkansen 3D, dan beberapa pameran. Not so much thing interesting, secara saya pernah ke Tokyo dan berpendapat masih banyak lagi yang bisa ditampilkan di expo ini.
Menurut saya expo seperti ini perlu lebih sering di adakan, dan masih bisa lebih baik lagi.
Btw, terimakasih sudah main ke blog saya. Salam kenal.
Papario.
Salam kenal juga,
Saya datang waktu pembukaan, setelah pak SBY keliling, saya keliling juga dan ketemu si robot. Rumah hantu masih disiapkan, dan saya tidak baca kalau harus bayar dianjurkan datang agak agak sore supaya seru ngerinya. he..he..he...aku sih nggak berani.
Agak nyesel dengan 3D, aku nggak masuk karena berpikir akan balik lagi bawa anak-anak, ternyata pada hari penutupan itu antrinya minta ampun. Suami saya nggak sabar, dan akhirnya kami pulang tanpa benar-benar melihat apa-apa...(acara robotik juga saya dapat info salah), eh tapi lihat kunjungan pak JK he..he..he...
Post a Comment