I've been thinking about the values that a citizen reporter should know. I think blog, mailing list, and citizen journalism website have their own personal meaning to me. While blog is more personal, mailing lists and citizen journalism websites are more into communication with others.
Wikimu is a bit different from other citizen journalism website. Most of its members use it as a kind of their blogs or to introduce their blogs. They are not really thinking about competing the professional journalist, they care only for sharing their opinions. Perhaps it came from the basic of its editorial policy, which is to encourage Indonesians to write. Some passerby readers might think that Wikimu did not have real news, that in the other side it is the real consumers' or readers' opinions on their daily interactive life with news from the mainstream media and news from their own experiences.
Contributor can use wikimu to write out their opinions, and they can also see their own preferences of news, of activities to involve with...they can dig into their own passion and...then...they can go towards professionalism in whatever profession they've chosen. That's why I said that wikimu is the bridge towards professionalism.
Senin, 15-09-2008 16:15:44 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini
Sehubungan dengan tulisan saya berjudul “Benarkah Jurnalisme Warga Bebas Nilai?”, saya juga mencoba melihat ke dalam definisi jurnalisme warga secara lebih mendalam. Menurut saya, pertama-tama perlu dibedakan arus informasi yang termasuk dalam kategori jurnalisme warga. Sebagai seseorang yang senang menulis, dan ikut berkecimpung dalam dunia blogging, menjadi anggota milis, serta menjadi kontributor pada portal jurnalisme warga, saya merasa ada sedikit perbedaan dalam pelapisan kategori jurnalisme warga ini. Di bawah ini saya ingin mengungkapkan sedikit kesan pribadi dari beberapa jenis kegiatan jurnalisme warga yang saya ikuti.
Blog
Bagi saya sebuah blog merupakan buku harian terbuka saya di dunia maya. Tetapi saya sadar benar bahwa buku harian ini terbuka untuk umum, sehingga secara otomatis cara penulisan dan isi tulisan tidak segamblang dan sepribadi buku harian saya yang sebenarnya. Pembaca blog saya dan komentator masih sangat sedikit, tapi hal ini memberi saya lebih banyak ruang “bernafas”, artinya saya tidak terlalu terikat dengan kehadiran blog saya. Tidak perlu merasa mengecewakan khalayak ramai bila saya sedang sibuk dan tidak bisa membuat tulisan.
Milis
Ada beberapa macam milis yang saya ikuti, baik milis alumni, milis forum pembaca, maupun milis profesional. Tetapi milis sedikit melelahkan buat saya. Terkadang terlalu banyak surat yang membanjiri kotak surat saya, sehingga saya lebih senang berlangganan rangkuman beberapa surat sekaligus. Tentu saja sebagai resikonya saya sering ketinggalan berita, atau tidak ikut terlibat ketika sedang ada diskusi yang seru.
Portal Jurnalisme warga
Portal jurnalisme warga semacam wikimu ini buat saya lebih menyenangkan. Setiap saat saya punya waktu dan ingin menuangkan tulisan serta menuai pendapat, saya bisa menayangkannya atau mendapatkan opini orang secara cepat (walaupun tulisan saya tidak selalu menuai banyak komentar he..he…he…). Demikian juga jika ingin mencari diskusi yang sedang hangat saya tinggal mencari indeks komentar dan ikut serta menyuarakan pendapat.
Salah satu hal yang menyenangkan di luar komentar pembaca (lihat http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=3158), adalah kehadiran para pewarta profesional yang ikut membantu memberikan pemahaman mengenai etika jurnalistik (lihat antara lain tulisan bung Satrio Arismunandar di http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=857), atau Bung Berthold yang biasanya tidak bosan-bosan berteriak: “Cek dan recek!”
Satu-satunya portal partisipatori warga lokal (dalam bentuk portal jurnalisme warga) yang saya ikuti sebagai kontributor adalah wikimu.com. Keterbatasan waktu membuat saya tidak lebih dari sekedar pembaca dan komentator di portal partisipatori lainnya. Sebenarnya sama dengan bacaan versi cetak di dunia nyata, setiap media daring juga punya konsumen yang berbeda-beda, hanya saja media internet memungkinkan lebih banyak lagi orang lalu lalang yang mampir.
Yang menarik perhatian saya dari Wikimu adalah berbagai perkembangan yang kebetulan terlihat dan tercatat ingatan saya. Salah satu hal yang saya ingat benar adalah blog pak Mimbar. Dahulu blog ini terkesan sepi dan kurang kunjungan, lebih ramai dikomentari di wikimu. Entah apa karena ganti nama, dari “Aku ini Binatang Karang” menjadi “Mimbar Saputro”, atau karena memang Wikimu membantu promosi nama pak Mimbar dengan lebih efektif, maka sekarang ini tampaknya blog pak Mimbar sudah punya penggemar tersendiri. Saya sendiri bila sedang kangen dengan tulisan pak dhe Mimbar pasti melongok langsung ke dapurnya…
Kalau tidak salah, keberadaan bung Berthold sebagai kolektor dan Suhu Tan dengan keahlian feng shuinya juga pernah muncul di media cetak. Ada lagi Agnes Davonar dan Ibu Melly Kiong yang kehadirannya sebagai penulis lebih terasakan setelah perkenalan di Wikimu. Ada juga kehadiran D-Radio yang jadi lebih bergaung kehadirannya bagi pembaca Wikimu, hal ini terlihat dari munculnya tulisan lain mengenai acara di D-Radio di luar acara bersama Wikimu. Tentunya gaung ini terutama terdengar oleh pembaca yang bisa menjangkau frekuensi siaran radio itu, mereka bisa langsung ikutan nimbrung, yang lain bisa juga dengan membuka versi daringnya.
Saya sendiri pernah tiba-tiba didatangi wartawati Nakita untuk menjadi narasumber, setelah membaca tulisan saya di wikimu (lihat http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=6925 ), dan dapur saya jadi ikutan numpang mejeng di serial Rumah Interior setelah sebelumnya menerima kunjungan dadakan dari wartawan Tabloid Rumah.
Salah satu kontributor wikimu, Muhammad Nizar, yang mengaku awalnya grogi menulis, akhirnya malah benar-benar terjun menjadi wartawan profesional. Hal seperti ini memang cukup sering terjadi, saya lihat di OhmyNews International juga ada beberapa kontributor muda yang akhirnya menggeluti dunia jurnalistik sebagai profesi mereka.
Tapi tidak tertutup juga kemungkinan adanya wartawan profesional yang menulis di luar topik yang menjadi tanggung jawabnya di harian/majalah tempat kerjanya dan menemukan keasyikan tersendiri lalu menjadi penulis buku dengan tema yang sama.
Kalau diumpamakan dengan makanan maka Wikimu ini mirip makanan kesukaan saya: gado-gado. Kalau membaca harian cetak, atau majalah, maka biasanya sudah ada kriteria tertentu yang bisa kita harapkan di sana. Di Wikimu, pilihannya beragam, dari yang serius sampai santai ada, dari tulisan yang sangat pendek sampai tulisan yang sangat panjang juga ada.
Sempat saya perhatikan setelah acara pelatihan menulis di SMU, ketika sistem Wikimu sudah menyatukan semua kontributor ke beranda, terlihat ada jeda sebentar dari pembaca yang biasanya langganan berkomentar. Mungkin sedikit kaget dengan serbuan berita yang mayoritas buatan siswa-siswi SMU. Tetapi ternyata kemudian penulis-penulis lama tetap rajin berkunjung. Memang, tampaknya semangat utama dari Wikimu adalah untuk mengajak orang-orang berani menulis.
Dari keberanian menulis, kemudian timbul semangat untuk menulis. Berangkat dari hal itu, perhatian terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar kita juga bertambah. Hal ini memang terasa bagi saya pribadi, ketika suatu hari melihat orang berkeliling di food court meminta tanda tangan, saya jadi ingin tahu apa yang terjadi. Kalau biasanya saya mungkin tidak terlalu perduli pada kejadian itu (kebetulan meja saya tidak dihampiri), karena penasaran akhirnya jadi tulisan juga.
Kalau berbicara tentang etika jurnalistik, tentunya kita sedang belajar. Tetapi tuntunan nilai kultural, nilai etika, agama, dan berbagai batasan nilai yang kita miliki secara pribadi sudah membantu membentuk filter awal tulisan kita. Dalam interaksi di artikel, yakni melalui sarana komentar, terasa betapa banyak hal yang bisa kita pelajari. Terkadang komentar yang terlontar dengan hati panas akan lebih pedas terasa. Atau, tulisan maupun komentar kita diterima secara berbeda oleh pembacanya. Saya bisa merasakan proses pembelajaran menerima perbedaan pendapat sedang berlangsung, dan juga proses pembelajaran agar dalam memberikan komentar atau menuliskan tulisan bisa lebih berhati-hati.
Jembatan
Kehadiran blog, milis, maupun portal partisipatori warga merupakan jembatan antara warga sebagai perseorangan dengan lingkungan di luarnya. Agak berbeda dengan jaringan pertemanan sosial yang memperluas jaringan pertemanan, jurnalisme warga memungkinkan kita untuk lebih mengenal pandangan dari teman yang baru kita kenal. Tidak jarang dengan orang yang sebelumnya sudah kita kenalpun, masih ada hal-hal yang tidak kita ketahui hanya karena kita tidak pernah membahas masalah itu sebelumnya.
Wikimu saya katakan sebagai jembatan profesionalisme, buat saya hal itu berarti lewat portal ini kita belajar untuk lebih profesional. Bila saya menulis di blog, maka itu adalah pandangan saya pribadi, perasaan saya pribadi. Dengan menurunkannya ke portal partisipatori warga, maka saya perlu menghargai pembaca tulisan tersebut, perlu memberikan fakta-fakta maupun pendapat yang bisa dipertanggung-jawabkan. Tetapi tetap saja tulisan di blog saya tidak bisa seenaknya karena saya juga ingin menjaga kredibilitas nama saya. Hal ini mungkin akan sedikit berbeda dengan blog yang pemiliknya anonim alias tidak dikenal. Tapi akankah kita mempercayai ucapan orang yang tidak kita ketahui identitasnya? Memang masih ada penalaran akal sehat yang akan menguji kebenaran isi blog, tapi tetap saja kredibilitas seseorang berperan besar dalam meraih kepercayaan pembacanya.
Dari artikel Jay Rosen, saya membaca pandangan dari co-editor BoingBoing, Xeni Jardin, ketika ditanya apakah blog akan menggantikan media konvensional, katanya: “Apakah mungkin pasar menggantikan restoran?” Baginya blog merupakan pasar tempat segala macam materi mentah berasal, dan jurnalis profesional menjadi koki handal yang menyulapnya menjadi nikmat hasil olahan restoran. Artinya antara blogger dengan jurnalis profesional bisa terjadi sinergi yang saling mendukung.
Saya sudah melihat ini sinergi ini muncul di Wikimu. Cukup banyak berita yang terlebih dahulu saya baca di Wikimu daripada di harian cetak yang saya baca, tetapi bila wartawan yang mengolah berita memang piawai maka berita itu tetap menyenangkan untuk dibaca karena lebih lengkap dan lebih mendalam pembahasannya.
Ketika saya menulis untuk Wikimu mengenai kegiatan membuat biopori di lingkungan tempat tinggal orang tua saya, tak lama kemudian saya membaca berita yang jauh lebih lengkap di harian Warta Kota. Mungkin saja berita itu sudah lama dipersiapkan, tetapi mungkin juga berita itu lebih disempurnakan lagi karena ingin menampilkan tulisan yang jauh lebih berbobot lagi. Mungkin sebagai kontributor Wikimu, ada sedikit rasa GR (gede rasa he..he...he...) yang berlebih karena merasa situs ini cukup sering ditengok para jurnalis, dan kemudian topik hangat di Wikimu segera menjadi topik hangat yang tampil di media. Kalau benar begitu yang terjadi maka di Wikimu sinergi ini akan jauh lebih terasa karena ruang komentar yang sangat aktif. Pro dan kontra bisa segera muncul di permukaan, sangat menarik sebagai pengukur obyektivitas pandangan. Tentunya parameter obyektivitas ini baru benar-benar bisa dipakai bila pembaca Wikimu memang sangat luas dan berlapis-lapis, dari yang awam sampai yang profesional, dari yang lokal sampai yang global.
Jembatan ke arah profesionalisme, dalam arti bahwa saya berharap bila saya menulis artikel kesehatan, tentunya akan banyak profesional dalam bidang ini yang akan berkomentar bila saya salah dalam mengungkapkan data atau fakta. Dengan demikian kesalah-pahaman yang ada di kepala saya bisa berubah dan tidak diteruskan lagi. Seringkali tulisan yang diturunkan wartawan media cetak menjadi bahan klipping dan terus menjadi bahan kepustakaan, padahal mungkin sudah ada ralat atau kritik yang masuk tapi tidak terbaca oleh pembuat klipping tersebut. Hal ini mungkin akan segera berubah karena banyak harian yang sudah mulai memiliki tampilan daring di dunia maya, tetapi sumber bahan mentah yang beragam ini akan memperkaya dan mempertajam dunia jurnalisme profesional Indonesia.
Bukan hanya profesi jurnalis yang belajar menjadi lebih profesional, tetapi hampir semua profesi akan mengarah ke sana. Dengan masukan dan kritikan yang ada, maka setiap makhluk profesional tidak lagi tinggal di menara gading yang dimilikinya. Buktinya dokter Nury bisa tiba-tiba dikunjungi pasien dengan catatan lengkap keluhan medisnya setelah membaca tulisan bu dokter di Wikimu. Akan terasa perbedaan antara menulis bagi jurnal ilmiah dengan menulis menggunakan bahasa yang populer, dan kita semua belajar dari pengalaman menulis itu. Kita juga bisa belajar mengenali diri dan minat kita, karena secara tidak sadar hal itu akan terasa dalam pilihan topik tulisan. Menggali lebih mendalam ke arah yang benar, berarti mulai bekerja dengan passion (cinta), dan bukan semata tarikan kepentingan materi. Sekarang tinggal bagaimana menjaga agar jembatan ini tetap berdiri…
Semoga bisa bersambung dengan:
Mempertahankan jembatan
2 comments:
Kata Paulo Frere penulis(maaf, lupa apa spelling namanya betul) buku Pedagogy Opressed (Pendidikan bagi Kaum yang Tertindas), setiap orang sekaligus menjadi guru dan murid, atau kemudian menjadi sekaligus narasumber dan jurnalis.
Salam,
Inge Sundoko
www.jembatan-buatan.blogspot.com
dengan adanya media sebagai penampung tulisan-tulisan dari khalayk luas maka ini menjadi modal awal untuk melahirkan dan mencetak generasi-generasi penulis handal di masa-masa mendatang.
selain itu "wikimu" merupakan obat bagi para penulis pemula yang sangat ingin menulis namun patah semangat gara-gara puluhan bahkan ratusan karyanya yang telah dengan susah payah ia tulis di tolak oleh media-media surat kabar yang melakukan seleksi ketat terhadap berbagai karya yang masuk kemeja redaksi.
mungkin saja di media A sebuah tulisan di anggap tidak berbobot, tertinggal dan tidak berkualitas namun di media lain tulisan tersebut mendapat sambutan hangat dan luar biasa bagi khalayak luas.
semoga wikimu tetap menjadi garda terdepan dalam menampung tulisan-tulisan yang masuk dari banyak kalangan.
Post a Comment