Wednesday 12 March 2008

Dokter Bonafid, Seperti Apa Sih?

Mungkin gejala konsumerisme serta sedikit peninggalan feodalisme mengakibatkan masih maraknya orang menilai orang lain dari penampilannya. Hal ini pernah ditampilkan sebuah harian dengan mengangkat isu tentang dokter yang dianggap bonafid karena penampilan dan jenis kendaraan yang digunakannya. Beberapa kontributor wikimu pernah juga berkisah seputar kisah dokter umum. Penampilan dan gelar sepertinya sangat berarti bagi bonafid atau tidaknya seorang dokter.

Penghargaan terkadang tidak bisa melulu dilihat dari penghasilan yang bersifat materi. Saya pernah menemani seorang teman yang harus ujian negara kedokteran di Yogyakarta. Pada saat itu saya berkenalan dengan dokter muda yang sedang PTT di daerah Gunung Kidul. Penghargaan dari rakyat yang diterima oleh dokter muda ini menerima penghormatan yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan dokter muda yang sedang PTT di Jakarta. Kota metropolitan menuntut lebih dari sekedar kepandaian dan keahlian!

Pengalaman saya di kota bernama Jakarta ini mengatakan bahwa bonafid tidaknya seorang dokter terkadang juga tergantung dari antrian pasiennya. He...he...he..., saya serius lho! Ada orang yang memilih dokter anak A karena dokter itu yang paling panjang antriannya. Padahal sang anak sampai tertidur-tidur menunggu giliran periksa. Entah nanti di dalam kamar praktek apakah sang anak masih bisa mengenali rasa sakitnya!

Ada lagi gejala ikut-ikutan! Ada kenalan saya yang suami istri keduanya berprofesi sebagai dokter. Herannya kalau sang istri yang praktek, pasien yang antri panjang. Tapi... begitu digantikan oleh sang suami antrian tadi bubar jalan! Heran, saya bertanya pada orang-orang yang pulang, mengapa tidak jadi berobat? Jawabnya: "Kata orang lebih manjur istrinya!" Wah...

Keberadaan mobil dokter seringkali jadi penanda adanya sang dokter, sehingga untuk orang-orang yang alergi dengan dokter pengganti biasanya bertanya dulu pada tukang parkir mengenai kehadiran dokter langganannya bila tidak tampak kehadiran kendaraan dokter (entah motor ataupun mobil). Tapi ada lagi pengalaman lucu dengan dokter bonafid (baca: memiliki mobil bergengsi!), kebetulan dokter ini adalah dokter ahli kandungan. Setiap kali mobil yang diparkir di halaman praktek berganti-ganti dan semuanya bermerek mahal, entah apa pernah juga terlihat motor gede (siapa berani ngatain dokter nggak bonafid kalau motornya Harley yang harganya lebih mahal dari sedan?). Karena takjub maka suami teman saya menghitung berapa kira-kira penghasilan pak dokter dalam satu malam. Tapi saking laris dan panjangnya antrian sang dokter maka setelah melahirkan dan ada terasa ada masalah sangat sulit bagi teman saya mendaftar konsultasi, harus menunggu sebulan seperti pasien baru lainnya. Terlanjur tidak tahan dengan rasa sakitnya dia berpindah dokter, dan suaminya pun ngomel, " Makanya cari dokter jangan yang kejar setoran!"

Sebenarnya sebagai orang sakit sudah jelas yang dicari adalah dokter yang baik, bisa berkomunikasi dengan pasien, dan yang paling penting cocok dan bisa dipercaya! Bisa dipercaya? Ya, ini termasuk kriteria penting untuk jadi dokter bonafid yang sesungguhnya! Seorang teman lain memeriksakan kandungan di sebuah rumah sakit bertaraf internasional lalu di vonis hamil di luar kandungan dan harus dikuret. Walau dokter sudah ingin memastikan jadwal kuret, teman saya masih ingin mendapatkan pandangan lain (second opinion) maka pergilah dia ke dokter lain di rumah sakit bertaraf internasional lainnya. Ajaibnya, menurut dokter kedua kandungan teman saya baik-baik saja tidak di luar kandungan dan tidak perlu dikuret! Bingung karena dua pendapat yang berbeda seratus delapan puluh derajat, maka teman saya memutuskan berserah diri dalam doa dan pindah ke dokter yang mengatakan kandungannya baik-baik saja. Syukur pada Allah bahwa anaknya lahir dengan selamat, tidak kurang suatu apapun! Bayangkan kalau si kecil sudah terlanjur dikuret! Yakin lho dokter yang pertama tadi juga berpenampilan bonafid!

Bagaimana kriteria dokter bonafid di tempat anda?

Selasa, 11-03-2008 11:07:31 oleh: Retty N. Hakim
Kanal: Opini

No comments: