tag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post5784596613556469603..comments2023-09-19T18:14:09.824+07:00Comments on Buah pena: The International Mother Language DayRetty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti)http://www.blogger.com/profile/12624283610664878616noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-85443706644079482042013-10-31T07:40:02.224+07:002013-10-31T07:40:02.224+07:00Kemarin di Museum Nasional ketika menerangkan peta...Kemarin di Museum Nasional ketika menerangkan peta bahasa di Indonesia, saya juga tersentil sendiri betapa kita lemah pada budaya tulis. Narasumber tertulis kita lebih banyak berasal dari orang asing.Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti)https://www.blogger.com/profile/12624283610664878616noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-70959591002582337172013-10-29T20:04:59.992+07:002013-10-29T20:04:59.992+07:00Saya juga khawatir kalau bahasa daerah punah. Misa...Saya juga khawatir kalau bahasa daerah punah. Misalnya, berdasarkan yang pernah saya dengar, generasi muda Jawa saat ini lebih menguasai bahasa ngoko (kasar) ketimbang krama (halus). Kalau begini terus, lama-lama generasi berikutnya terutama yang tinggal di luar komunitas berbahasa Jawa tidak menggunakannya lagi, tidak cuma krama, ngoko sekalipun.<br /><br />Sebaliknya, yang saya lihat, generasi tua dan menengah yang masih fasih berbahasa Jawa malah berlebihan menggunakan bahasa ibunya. Di forum resmi yang mestinya menggunakan bahasa Indonesia, malah bercampur baur itu bahasa Indonesia dan Jawa.<br /><br />Saya yakin kasus-kasus tersebut terjadi juga pada penutur bahasa-bahasa daerah lain. Sebagai seorang Betawi, saya melihat bahasa ibu saya itu tergerus oleh gaya bicara anak-anak Jakarta yang secara berganti-ganti naik panggung, mulai dari bahasa prokem, bahasa gaul, dan kini bahasa alay.<br /><br />Walaupun prihatin, sayangnya apa yang saya lakukan tidak mencerminkan sebagai pelestari bahasa Betawi.<br /><br />Pertama, saya tidak mengajarkan dialek betawi ke anak-anak saya. Beberapa kosa kata masih secara alami tertularkan pada mereka, tapi selebihnya ya bahasa Indonesia.<br /><br />Kedua, saya menolak dibuatnya wikipedia bahasa Betawi dengan alasan bahwa bahasa betawi itu lebih merupakan bahasa percakapan informal ketimbang bahasa tulis yang formal, sementara wikipedia punya pedoman penulisan baku sebagaimana kodratnya sebagai sebuah ensiklopedia.<br /><br />Walaupun begitu, saya pengen banget menulis gaya Firman Muntaco, yakni narasi cerita pendek ditulis dalam bahasa Indonesia tapi dialog-dialognya dalam dialek Betawi. Format seperti itu lebih bisa menjangkau audiens yang lebih luas, tidak terbatas pada penutur bahasa betawi saja.<br /><br />Nah, setelah baca artikel ini, keinginan Retty buat bikin blog berbahasa Mangkasara atau Ivan yang mau bikin blog berbahasa Sunda menggugah keinginan saya buat nulis pake bahasa Betawi juga. :DSuryadi van Bataviahttps://www.blogger.com/profile/09651488440710395679noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-25413115916025276192010-03-04T00:58:22.644+07:002010-03-04T00:58:22.644+07:00Thank you for your comment Carlos. It would be nic...Thank you for your comment Carlos. It would be nice to share stories to see how universal the world is. I've just read in Reader's Digest Indonesia that the Chinese people in China also have the same problem in pertaining their own dialects as the Mandarin language is used as their national language.Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti)https://www.blogger.com/profile/12624283610664878616noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-61013383109247641362010-03-04T00:52:17.411+07:002010-03-04T00:52:17.411+07:00Terima kasih komentarnya mas Ivan, jadi penambah s...Terima kasih komentarnya mas Ivan, jadi penambah semangat untuk memulai blog berbahasa Makassar. Terus terang saya takut bisa memulai tapi sulit menjaga kesinambungannya.Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti)https://www.blogger.com/profile/12624283610664878616noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-49028857581918229912010-03-03T18:57:18.430+07:002010-03-03T18:57:18.430+07:00The same thing is happening in Brazil with indigen...The same thing is happening in Brazil with indigenous languages as opposed to Portuguese the major language. Mean while Portuguese is full of alien words from USA English. Unfortunately this is linked to economic growth and imperialism in its many formats. We have to keep fighting to preserve the treasures of our cultures; this must be a intelligent fight. We have to transform our cultures as much as possible into commodities. I think the Japanese have mastered this. Last carnival, for example, I meet a Japanese lady visiting the Sambodromo in Sao Paulo and she was here in Brazil for a series of musical presentations of an ancient instrument that I don´t remember the name (sorry), but she goes from country to country visiting Japanese communities and show her art and the seed of their culture is kept. She gets paid to do that and the communities sell tickets and talk about it to the people surrounding them and this thing goes on and on reverberating. <br />www.glowbrazil.com – Antonio Carlos RixHomehttps://www.blogger.com/profile/07680270785771934530noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-391559658195401920.post-67843589272763727222010-03-03T18:16:18.936+07:002010-03-03T18:16:18.936+07:00Saya lebih khawatir dengan nasib bahasa daerah dar...Saya lebih khawatir dengan nasib bahasa daerah daripada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia semakin hari semakin banyak mendapat perhatian dan ada Pusat Bahasa yang memang bertugas terus membina dan mengembangkannya. Bahasa daerah semakin lama semakin terpinggirkan menjadi hanya bahasa pergaulan yang tidak layak dipakai dalam tulisan atau forum formal.<br /><br />Jadi, Mbak. Saya dukung sekali pembuatan blog berbahasa Makasarnya :) Saya sendiri, meskipun berbahasa ibu Minang, lebih fasih berbahasa Sunda. Jadi, baiklah. Nanti saya juga coba buat blog berbahasa Sunda deh :)Anonymousnoreply@blogger.com